Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Romantika Perjalanan, "Awas Copet!" di Mana-mana

4 Desember 2020   09:12 Diperbarui: 7 Desember 2020   03:06 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pencopet yg beraksi di jalan. Sumber: www.blogue.lacapitale.com

Boleh jadi, situasi hotel yang terlihat tenteram nan damai itu membuat rekan penulis lengah. Dia pun meletakkan kameranya yang berat itu di atas meja sofa di depannya. Sebuah telpon yang masuk membuat konsentrasinya sedikit bergeser dari kameranya. Beberapa saat kemudian, ketika kami bersiap untuk keluar hotel, terdengar suaranya seakan putus asa. "My camera! Ada yang pegang kameraku? OMG, it's stolen!". Tidak ada satupun yang melihatnya, termasuk petugas sekuriti hotel. Tidak ada CCTV saat itu, berbeda dengan saat ini di mana hampir semua area publik di hotel ada. 

Peringatan Awas Copet di Menara Eiffel-Paris. Sumber: clevertravelcompanion.com
Peringatan Awas Copet di Menara Eiffel-Paris. Sumber: clevertravelcompanion.com
Pencopetan memang kerap terjadi di tempat-tempat yang tidak terduga. Di Paris, misalnya, kawasan sekitar Menara Eiffel, termasuk di dalam lift-nya, sangat rawan pencopetan. Bahkan beberapa tahun lalu, staf Eiffel sampai mogok kerja, karena kasus pencopetan sepertinya terus terjadi. Polisi pun akhirnya mulai berpatroli. Tapi, hingga kini pun Eiffel tetap disatroni geng pencopet.

Selain itu, kadang kehilangan barang berharga kita karena 'kepercayaan' yang salah. Maksudnya? Sekitar dua tahun lalu, jelang tengah malam waktu Jakarta, penulis tiba-tiba menerima telpon dari Copenhagen -- Denmark. Sebuah suara tersendat yang segera penulis kenali.

Staf kantor kami bernama R melaporkan bahwa Tour Leader kami baru saja kehilangan tas selempangnya yang berisi paspor dan semua uang kantor yang dibawanya. Lokasi kehilangan di sebuah kafe di kawasan Nyhavn yang terkenal dikota itu. Jumlah uang untuk berbagai keperluan grup tersebut sangat besar. Kenapa bisa hilang? Rupa-rupanya, sang Tour Leader menitipkan tasnya ke salah satu peserta rombongan, sementara dia sibuk mengatur sana-sini.

NyHavn -Copenhagen pun banyak copet. Sumber: koleksi pribadi
NyHavn -Copenhagen pun banyak copet. Sumber: koleksi pribadi
Masalahnya, yang dititip tidak menyadari betapa pentingnya isi tas tersebut. Tas yang diletakkan di meja yang masih diduduki orang yang dititipi disambar pencopet dalam sekejap mata. Tas tersebut seharusnya tidak boleh dititip ke siapapun. Dan jika memercayakan ke seseorang, pastikan bahwa orang tersebut menjaganya dengan sangat baik. Bila perlu memegangnya dengan erat!  

Itulah yang sering terjadi. Di tempat-tempat yang dianggap aman, berada di antara banyak teman dan seakan tidak mungkin ada 'orang lain'. Berbeda sekali jika kita berada di tempat-tempat yang sudah punya reputasi buruk sebagai 'hunting ground' para pick-pocket alias tukang copet. Di tempat seperti ini biasanya turis yang sudah mendengarnya akan jauh lebih waspada. Jika kita sudah antisipasi "medan perang" dan berhati-hati, pencopet tidak akan punya peluang. Setidaknya mereka tidak berani terlalu nekat merampasnya.

Suatu saat di negara Maroko, penulis ditugaskan mengawal seorang VVIP asal Malaysia, bos sebuah perusahaan asuransi ternama. Gilanya, dia dan isterinya berniat mengunjungi Jemaa el-Fnaa, yakni alun-alun dan pasar terkenal di kota tua Marrakech. Kawasan yang dipenuhin ribuan toko dan kios kecil dengan gang bak labirin, serta alun-alun di dekatnya yang selalu ramai itu, memang menarik dan terkenal. Akan tetapi, di lokasi ini juga terkenal dengan seni mencopet level dewa.

Jemma-el-Fna di Marrakech, Maroko yg selalu ramai. Sumber: Massimotelo/Luc Viatour/wikimedia
Jemma-el-Fna di Marrakech, Maroko yg selalu ramai. Sumber: Massimotelo/Luc Viatour/wikimedia
Alhasil, penulis terpaksa menemaninya bak 'body guard' dengan catatan harus menyimpan dulu semua barang berharga di safety box hotel. Paspor, dompet, tas tangan, kamera, dll ditinggalkan. Cukup membawa beberapa ratus Dirham atau puluhan dolar AS saja, sekedar berjaga untuk membeli minuman atau suvenir. Selain itu, juga membawa foto-copy paspor serta kartu nama hotel.

Petualangan selama dua jam lebih itu berakhir aman hingga kembali ke hotel. Apa jadinya jika tidak antisipasi? Sudah banyak kejadian tidak menyenangkan terjadi di situ. Beberapa di antaranya masih bisa dibaca di situs Trip Advisor.

Sejatinya, pencopetan hanyalah salah satu metode mengambil barang milik orang lain tanpa diketahui pemiliknya. Dan ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Di era sekarang, modus kejahatan jalanan telah berkembang menjadi lebih canggih. Ada yang disebut "Tourist Scam" yang video-nya pun sudah banyak diunggah di You Tube. Soal ini, kapan-kapan akan penulis kisahkan tersendiri.

'Secret belt wallet' buatan Pacsafe. Sumber: www.travelgear.us
'Secret belt wallet' buatan Pacsafe. Sumber: www.travelgear.us
Copet memang ada di mana-mana. Namun, selama kita waspada dan menyimpan paspor dan duit dengan baik, perjalanan wisata kita akan baik-baik saja. Bila perlu, paspor, uang dan kartu kredit disimpan terpisah di dalam dompet uang yang tersembunyi di balik baju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun