Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sarinah dan Sejarah Gedung Pencakar Langit di Jakarta

25 Juni 2020   09:45 Diperbarui: 16 Mei 2022   22:43 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Sarinah. Sumber: Jakarta-tourism.go.id

Jakarta menyimpan banyak cerita. Tidak saja soal asal-usul kotanya, tapi juga bagaimana ibukota ini mulai membangun kotanya sejak dulu. Dari satu gedung tinggi, menjadi ratusan gedung tinggi lainnya. Mulai dari satu shopping mall, sampai ratusan shopping mall berikutnya. Terus menerus bergerak maju, secara horizontal maupun vertikal.

Kemajuan sebuah kota sejatinya bisa diukur dari banyak faktor. Dari segi pertumbuhan ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, sarana transportasi yang menjangkau ke seluruh sudut kota, dll. Kemajuan ini juga kerap dinilai dari jumlah gedung-gedung tinggi yang bertumbuh dari tahun ke tahun. Bukankah pertumbuhan bisnis property juga cermin perkembangan bisnis yang membutuhkan ruang perkantoran yang lebih luas...

Masih dalam suasana Ultah DKI Jakarta, salah satu kisah menarik, yaitu bagaimana pertumbuhan gedung-gedung pencakar langit di ibukota ini dimulai. Sebagian gedung itu malah telah menjadi bagian dari sejarah dan diusulkan sebagai cagar budaya atau bangunan yang layak dilestarikan.

Masih ingat kehebohan penutupan McDonald's di gedung Sarinah, Jl. M.H. Thamrin, Jakarta? Hampir semua media ikut memberitakannya. Foto-foto penutupan McD tersebar luas di semua jaringan komunikasi yang ada. Fokus beritanya nyaris sama, meskipun masing-masing disampaikan dengan gaya yang berbeda. Namun tidak banyak media dan warganet yang berbagi kisah tentang Gedung Sarinah itu sendiri. Mungkin saja, bagi banyak kalangan, 'branding' McD lebih menjual sebagai berita atau untuk update status di sosmed.

Sejarah Sarinah tidak main-main. Bagi kota seperti Jakarta, yang pertumbuhan ketersediaan ruang perkantoran tidak hanya horizontal, tapi juga secara vertikal, maka posisi Sarinah pun menjadi begitu penting. Inilah gedung tinggi pertama dan tertinggi di Jakarta, dan sekaligus pusat perbelanjaan pertama di Indonesia. Suatu milestone bagi sejarah konstruksi dan shopping mall di Jakarta saat itu.

Sarinah, yang namanya diambil dari nama Pengasuh Soekarno pada masa kecil, adalah sebuah bangunan komersial multifungsi berlantai 15 dengan ketinggian 74 meter. Selain sebagai pusat perbelanjaan dan perkantoran, Sarinah juga digunakan sebagai etalase untuk produk-produk dalam negeri dan sekaligus mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Pada saat dibangun tahun 1962 dan diresmikan pada tanggal 25 Agustus 1966, Sarinah tercatat sebagai bangunan tinggi pertama di Jakarta. Bukan itu saja rekor yang dicatat. Sarinah juga menjadi toserba moderen yang terkenal dengan pengadaan eskalator pertama di Indonesia. Eskalator buatan Hitachi asal Jepang itu membuat Sarinah begitu bergengsi saat itu. Sesuatu yang biasa saat ini, tetapi menjadi 'keajaiban teknologi' saat itu. Tangga berjalan yg mencengangkan.

Jakarta skyline. Sumber: Koleksi pribadi
Jakarta skyline. Sumber: Koleksi pribadi
Setelah Sarinah, Wisma Nusantara yang persis bersebelahan dengan Hotel Pullman (dulu Nikko President Hotel) dan berada di jalan yang sama, Jalan M.H. Thamrin, menjadi tonggak sejarah berikutnya. Inilah gedung pertama di Jakarta dan Indonesia dengan ketinggian di atas 100 meter.

Wisma Nusantara dibangun antara tahun 1964-1969, terinspirasi oleh keinginan Bung Karno yang berhasrat memiliki gedung-gedung tinggi di Jakarta. Konstruksi gedung setinggi 117 meter ini sempat tertunda karena kondisi ekonomi dan politik saat itu. Setelah situasi membaik, proyek ini diteruskan oleh Mitsui Construction Co. dan akhirnya diresmikan pada 2 des 1972. Wisma Nusantara bukan saja menjadi gedung tertinggi di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara pada zaman itu.

Bagi kalangan atas di Jakarta, termasuk para ekspatriat, khususnya Jepang, Wisma Nusantara juga dikenal karena keberadaan salah satu restoran 'fine dining' di lantai 28. Itulah Restoran Kahyangan yang menyajikan masakan khas Jepang, yakni Shabu-shabu dan Teppanyaki, sambil menikmati pemandangam kota Jakarta dari ketinggian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun