Mohon tunggu...
Tonny E. Nubatonis
Tonny E. Nubatonis Mohon Tunggu... Petani - Ana Lapangan

Menulis, menulis dan menulis untuk mengabadikan suara hati dan buah pikiran melalui TULISAN. Email : tonnyeliaser@gmail.com_ WA/HP : 082237201011_ Facebook : Tonny E. N

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beberapa Hal Menyimpang di Momen Perayaan Paskah

19 April 2019   13:41 Diperbarui: 19 April 2019   17:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : manadotoday.co.id

Mereka berpendapat bahwa duduk nongkrong hingga larut malam bukanlah hal yang salah karena mereka sedang melakukan hal yang bersifat rohani yaitu menghias salib. 

Menurut mereka pula, bernyanyi dengan musik keras-keras tidaklah masalah dan mengganggu karena mereka sedang menyanyikan lagu-lagu keagamaan atau lagu rohani untuk memuji Tuhan.

Sungguh sangat memilukan sekali. Bagi penulis, alangkah bobroknya pemikiran, persepsi dan tindakan seperti ini. 

Ini sungguh merupakan kebiasaan yang amoral walaupun dibarengi dengan hal rohani. Mengapa? Tindakan atau kebiasaan ini sangat terlihat jelas bahwa mereka mengeksploitasi atau memperalat hal-hal rohani untuk menyelubungi hal-hal buruk demi kesenangan dan kenikmatan hawa nafsu atau keinginan daging sematanya yang egois.

Jika menurut mereka ini adalah tindakan yang baik karena mereka memuji Tuhan, apakah benar? Menurut pendapat penulis, benar-benar tidak sama sekali karena pujian mereka kepada Allah hanya terucap atau terumbar melalui bibir saja, namun dari hati jauh dari pada kehendak Tuhan.

Mungkin ada yang tidak setuju, bahkan protes mengenai pendapat penulis tersebut dengan berkata "apakah kamu bisa mengetahui isi hati mereka sehingga kamu bisa menuduh mereka bahwa hati mereka jauh dari kehendak Tuhan? Tetapi penulis amat yakin karena tuduhan penulis itu terbukti dari tingkah laku mereka yang mereka tunjukan, karena memang tindakan nyata adalah manifestasi dari apa yang ada di dalam hati.

Hal lain yang juga Penulis sayangkan adalah sebagian dari kegiatan menghias salib di tempat tertentu, banyak orang berlomba-lomba dengan penuh semangat menghiasi salib begitu indah dan uniknya untuk dipandang, namun kadangkala keindahan itu tidak benar-benar memberi makna yang benar dan hanya bertujuan untuk membuatlmembua orang lain terkagum-kagun.

Tidak disadari, keindahan dari hiasan salib tidak mencerminkan kehidupan nyata sebagai wujud rasa syukur akan kasih yang besar Allah yang telah  dianugerahkan bagi manusia. 

Jadi menurut penulis, ketika kita menghias salib dengan begitu unik dan indah dipandang mata, kita juga harus menghiasi hati kita dengan Kasih Allah sehingga Kasih itu memanifestasikan cara hidup yang benar atau tindakan yang baik ditengah kehidupan kita.

Bukan hanya kegiatan menghias salib yang kadang dilakukan dengan motivasi yang salah, ada kegitan-kegiatan lain seperti lomba vokal grup, main drama dan lainnya seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya,  kadang diikuti oleh banyak orang dengan tujuan hanya sebagai momen hiburan semata.

Ironisnya, hal ini menjadi sebuah fakta bahwa jika hari raya besar seperti Natal dan Paskah, barulah banyak orang akan berbondong-bondong mengambil bagian dalam perayaan dan ibadah di gereja, namun jikalau tidak ada hari raya dan hanya ada kebaktian atau ibadah biasa di hari minggu maka sangatlah sedikit sekali orang yang datang untuk beribadah bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun