Mohon tunggu...
Tonny E. Nubatonis
Tonny E. Nubatonis Mohon Tunggu... Petani - Ana Lapangan

Menulis, menulis dan menulis untuk mengabadikan suara hati dan buah pikiran melalui TULISAN. Email : tonnyeliaser@gmail.com_ WA/HP : 082237201011_ Facebook : Tonny E. N

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jadilah Pemimpin yang Melayani Lebih Sungguh

17 Februari 2019   06:38 Diperbarui: 18 Februari 2019   11:03 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemimpin yang melayani lebih sungguh (ilustrasi pemimpin : izwie.com) :

"I hate race discrimination most intensely and in all it's manifestation. I have fought it all during my life, i fight it now, and will do so until the end of my days". 

Artinya dalam bahasa indonesia, "saya benci diskriminasi dan segala manifestonya. Saya bertarung sepenjang hidup saya, saya bertarung sekarang dan sampai akhir hayat saya". Hal ini juga harus dipegang oleh setiap pemimpin dan calon pemimpin.

Namun, realitanya masih ada pemimpin yang masih suka berdiam di dalam zona nyamannya. Hanya bekerja, melayani dan berdiam di daerah yang "basah dan berlimpah susu serta madunya". Ia kurang suka bekerja, melayani, berdiam dan bahkan takut dengan daerah yang "kering dan penuh rasa pahit". Ia cenderung malah menghindar dari kesulitan, kelemahan dan kekurangan dengan segala macam cara dan alasan.

Contoh kasus kecil, (*maaf bukan untuk menyinggung dan lain-lain) saya cukup sedih dan agak kecewa dengan rekan-rekan mahasiswa (khususnya di NTT) dari berbagai universitas yang telah lulus sebagai sarjana pendidik dalam bidang pendidikan namun sebagian besarnya hanya memilih menetap tinggal di kota, berlomba-lomba berjuang menjadi tenaga honor/kontrak mengajar di sekolah-sekolah hanya di kota, kalau bukan itu malah menjadi karyawan di toko atau menjadi cleaning service di kantor atau instansi tertentu. Intinya dimana pun tempatnya asalkan "DI KOTA", tidak di kampung, apalagi kampung yang amat terpencil.

Mereka mencari pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar belakang ilmu yang telah diperoleh dengan susah payah di bangku kuliah, hanya demi menghindar dari kampung atau daerah terpencil.

Walaupun kabar baiknya berbagai perguruan tinggi di NTT yang mengahasilkan ribuan tenaga pengajar yang berkompeten, namun sebagian alumninya malah enggan kembali untuk membangun desa dan kampungnya yang masih tertinggal.

Saya bahkan lebih sedih lagi dengan rekan-rekan lain yang pergi jauh-jauh menuntut ilmu di luar kota atau bahkan hingga ke luar negeri, namun tidak ingin kembali membangun daerahnya dengan segala potensi yang dimilikinya.

Bagi saya, hal inilah yang menjadi salah satu pemicu masih sulitnya kemajuan pendidikan di berbagai daerah terpencil di NTT yang selama ini kurang disadari. Para mahasiswa yang menjadi calon pemimpin alih-alih sudah mulai melakukan tindakan diskriminasi.`

Saya bukan berniat menjustifikasi, namun inilah realita yang saya temui, bahkan ini pun menjadi kesaksian dari rekan-rekan saya yang terbeban untuk pergi mengajar di daerah pelosok dan menyaksikan sendiri kondisi tersebut.

Seperti kesaksian dari seorang rekan yang dimuat di akun facebooknya

kesaksian Dicky Senda dalam akun facebooknya (sumber : Dokpri - screnshoot status facebook Dicky Senda)
kesaksian Dicky Senda dalam akun facebooknya (sumber : Dokpri - screnshoot status facebook Dicky Senda)
Bagi saya, ini adalah sebuah ironi, sebab perguruan tinggi sebenarnya mendidik dan menghasilkan mahasiswa yang berbekal kepemimpinan yang cukup dan wajib atau dituntut untuk mengabdi kepada masyarakat apapun latar belakangnya di mana pun, khususnya di desa terpencil dan bukan hanya di kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun