Mohon tunggu...
Tonny Phang
Tonny Phang Mohon Tunggu... Guru - Yang mendapat anugerah

Salah satu kegiatan saya adalah mengajar. Mengajar bagi saya juga belajar. Belajar untuk mengajar, hehehe. Saya bisa belajar menulis lewat Kompasiana dan saya yakin juga lewat para Kompasianer. Lewat Kompasiana, saya rasa saya bisa belajar mencatat dan merenungkan hal-hal yang luar biasa dalam hidup. Jika ternyata tulisan yang ditulis bermanfaat bagi yang lain, syukurlah. Mungkin yang saya bisa sampaikan, hehehe

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Taruh Uang di Dompet, Bukan di Hati

23 November 2021   23:00 Diperbarui: 23 November 2021   23:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kemaren malam, saya dengar ada yang mengatakan, kurang lebih, jika saya sampaikan kembali dalam bahasa dan istilah saya: "Letakkan uang pada tempatnya. Taruh uang di dompet, bukan di hati."

Saya tidak tahu apakah kutipan ini berasal dari tulisan di buku atau dari sumber lain. Saya coba cari di salah satu mesin pencari di internet, tetapi sejauh yang saya lihat.

Saya tidak menemukan pernyataan yang kurang lebih sama dengan itu dalam hasil pencarian (di halaman pertama) yang muncul di layar laptop yang saya gunakan. Jika ada yang menemukan bahwa ini adalah kutipan dari sumber tertentu, saya minta tolong untuk menyampaikannya ke saya. 

Kembali ke kutipan di atas. Saya rasa ini luar biasa menarik untuk direnungkan.  Jika uang saya di taruh di hati, saya rasa, senangnya hati saya bisa dipengaruhi oleh uang. 

Dengan begitu, menurut saya, uang jadi pusat hidup saya.  Jika saya kehilangan uang, saya bisa jadi sangat sedih. Bisa-bisa juga uang mempengaruhi hubungan pertemanan saya dengan yang lain.

Apakah uang pantas memiliki posisi di atas yang lain, misalnya di atas hubungan pertemanan atau persaudaraan saya dengan yang lain?

Saya rasa saya jadi ingat kejadian ini. Suatu waktu, saya makan tanpa ajak siapa-siapa dan pesan apa yang saya rasa saya paling suka atau paling mau makan di tempat tersebut. Apakah enak? Saya rasa iya. Apakah saya senang? Saya rasa iya.

Hanya, saya rasa saya ingat juga, saya pernah makan dalam satu kesempatan, kali ini bersama yang lain. Sangat berbeda, saya rasa, menunya dan tempatnya. Dari sisi menu, yang sebelumnya, mungkin istilahnya bisa disebut menu restoran. 

Nah, yang makan bareng dengan yang lain ini, mungkin istilahnya menu rumahan. Dari sisi tempat, yang sebelumnya di tempat dengan meja yang besar dan dengan suhu ruangan yang adem. 

Saat makan dengan lain, tempatnya tanpa AC dan duduknya juga lesehan.  Tapi, kok, senangnya itu beda. Saya rasa saya bisa bilang, makan bareng dengan menu yang lebih sederhana bersama yang lain itu jauh lebih menyenangkan dibanding makan tanpa ajak yang lain dengan menu yang jauh lebih mewah.

Jadi, di mana saya taruh uang saya? Apakah di hati? Dan di mana saya taruh hubungan pertemanan atau persaudaraan saya dengan yang lain? Apakah di dompet?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun