Mohon tunggu...
Ahmad Fatoni
Ahmad Fatoni Mohon Tunggu... Guru - Guru dan pengamat warung kopi

Ahmad Fatoni

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Menuju Negeri Aplikasi 2024

30 Juni 2022   18:56 Diperbarui: 30 Juni 2022   19:03 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Masih ingat dulu saat proses pendidikan profesi guru para guru belajar online melalui "Learning Management System". Dari banyaknya tugas yang diberikan dosen, hampir keseluruhan tugas, guru dituntut untuk menguasai beragam aplikasi yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran di kelas. Tak terbayangkan bagaimana teman - teman guru pada waktu itu "gupuh" dan memaksa diri untuk menguasainya, tentu dengan cara memiliki backingan guru muda yang melek IT. Meski setelah lulus PPG jarang sekali guru menggunakan aplikasi di dalam pembelajaran.

Saat penerimaan siswa/i baru di jenjang SMP/MTs khususnya di wilayah Kediri, pendaftaran juga berbasis aplikasi. Jika daftar di MTs khususnya MTs Negri, para pendaftaran diminta untuk daftar online yang pada prakteknya malah menyusahkan panitia sendiri karena para ortu pendaftar lebih "ngeh" datang langsung, kemudian panitia PPDB online itu mengisikan secara online dari pendaftar offline, hehehehe.

Hal senada juga berlaku di SMPN Kediri,  salah satu penerapan merdeka belajar yakni sekolah berdasarkan zona (baca : zonasi), siswa/I diminta untuk daftar secara online melalui https://ppdb.disdikkedirikab.com dengan melampirkan lokasi rumah menggunakan gmaps dan photo rumah dengan aplikasi times stamp, tapi juga perlu kita ketahui, apapun aplikasinya tetap berkas photokopi lampirannya. Hehehehe

Setelah selesai mendaftarkan anak didiknya sekolah melalui aplikasi, saat pulang bensin kita habis juga diminta membeli melalui aplikasi "My Pertamina" yang sebelumnya top up saldo di aplikasi "Link Aja". Jika tidak mendaftar maka pembelian BBM akan dialihkan ke BBM Non Subsidi (Pertamax). Saya berani bersaksi meski beragam aplikasi saya sebutkan, saya tidak di-endorse oleh negara. (Bismillah komisaris BUMN).

Sampai pulang di rumah setelah lelah mendaftarkan siswa melalui aplikasi dan beli BBM melalui aplikasi, kini saat kita ingin makan sebagai kebutuhan dasar manusia, juga diminta membeli minyak goreng dengan aplikasi "Peduli Lindungi", tentu kita bingung apa hubungannya aplikasi pencegah penularan covid-19 dengan minyak goreng, selain bingung kita juga dituntut harus paham bahwa keadilan membeli bahan pokok bagi pemilik aplikasi seluruh Indonesia benar - benar diterapkan sesuai dengan butir bunyi pancasila. Eaa..

Setelah membaca tulisan ini sambil mengingat beragam aplikasi, agaknya kita harus bangga. Negeri yang konon buka jam 8 pagi dan tutup jam 3 sore itu, benar - benar telah mengalami peningkatan. Dulu kita masih kental dengan budaya photokopi 500 bayar parkirnya 2000, setelah pilpres 2014 kita mulai beralih menjadi negeri dengan beragam kartu, diantaranya : Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Prakerja, Kartu Keluarga meski bentuknya kertas, dan surat izin mengemudi meski bentuknya kartu. Kini, kita telah memasuki era negeri digital dengan beragam aplikasi. Sungguh negeri yang ke"majon".

Lalu akan kemana generasi kita selanjutnya?

Tak perlu membayangkan akan digiring kemana generasi kita selanjutnya. Menjadi manusia digital yang data pribadinya dijual, atau menjadi manusia yang menjauhkan diri dari beragam aplikasi lalu terasing??

(Kalau suka silakan dibaca, kalau tidak suka silakan baca lagi sampai suka)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun