Mohon tunggu...
Tomy Zulfikar
Tomy Zulfikar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

IHSG Mencetak Rekor Tertinggi

12 Januari 2018   15:00 Diperbarui: 13 Januari 2018   14:51 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pionline.com

Aktivitas ekonomi global menunjukkan sedang dalam ekspansi. Berdasarkan riset World Bank, global ekonomi sedang dalam siklus pemulihan, merefleksikan peningkatan kembali pada investasi, aktivitas manufaktur, dan perdagangan.

Perbaikan ini dilakukan dengan latar belakang kondisi pembiayaan global yang membaik, umumnya kebijakan yang akomodatif, naiknya kepercayaan, dan menguatnya harga komoditas.

World Bank mengestimasi bahwa pertumbuhan PDB global akan meningkat sebesar 3 persen year-on-year pada 2017 dari 2,4 persen pada 2016. Peningkatannya berbasis luas, dengan pertumbuhan meningkat di lebih dari separuh ekonomi dunia. 

Khususnya, peningkatan kembali pada pertumbuhan investasi globalyang terhitung untuk akselerasi tiga kuartal pertama pada pertumbuhan PDB global dari 2016 ke 2017yang didukung oleh biaya pendanaan yang menguntungkan, kenaikan keuntungan, dan sentimen bisnis yang membaik baik di negara maju maupun emerging market dan negara berkembang.

Aggreagate output yang lebih tinggi menyebabkan kenaikan pada inflasi. Akibatnya, beberapa bank sentral di negara maju telah menerapkan kebijakan pengetatan moneter, seperti Federal Reserve dan Bank of England (BoE) masing-masing telah menaikkan tingkat suku bunga secara bertahap pada tahun 2017. 

Dan juga, beberapa bank sentral di negara maju berencana menerapkan operasi pasar terbuka kontraksi, seperti Federal Reserve akan memangkas neracanya dan European Central Bank (ECB) akan menghentikan quantitative easing (QE). Tujuan dari kebijakan tersebut adalah mencegah terjadinya ekonomi yang overheating. 

Di samping itu, presiden AS Donald Trump malah berencana menerapkan pembatasan perdagangan dan juga memangkas pajak perusahaan menjadi 21 persen dari 35 persen sebagai kebijakan fiskal ekspansi yang akan menguatkan nilai tukar dollar AS dan kemungkinan akan menghambat potensi pertumbuhan output.

Seperti diketahui, Amerika Serikat merupakan salah satu large open economy, kebijakannya dapat mempengaruhi harga dan pendapatan dunia.

Sejalan dengan aktivitas ekonomi yang sedang dalam ekspansi, ekonomi Indonesia berlanjut menunjukkan pertumbuhan yang kuat. 

Tingkat pertumbuhan PDB riil Indonesia menguat secara moderat dari 5,0 persen year-on-year pada Q2-2017 menjadi 5,1 persen pada Q3 didukung kenaikan harga komoditas, pertumbuhan global yang lebih kuat, menguat kembali perdagangan internasional, dan kondisi moneter dan keuangan yang relatif akomodatif.

Tingkat inflasi relatif rendah sebesar 3,6 persen pada 2017 dan juga sesuai dengan target pemerintah. Dengan rendahnya inflasi membuka pintu untuk kebijakan moneter yang lebih akomodatif untuk mendorong pertumbuhan. 

Bank Indonesia (BI) telah memangkas tingkat suku bunga acuan 7-day reverse repo sabanyak dua kali sebesar 25 basis points pada Agustus dan September.

Dengan penguatan pada pertumbuhan global dan ekonomi Indonesia, IHSG mampu tumbuh sebesar 20,0 persen year-on-year ke 6.355,7 pada 2017 dari 5.296,7 pada 2016. Ini merupakan tingkat imbal hasil tertinggi dalam tiga tahun. Dan juga, IHSG telah mencetak rekor tertinggi.

Sebagai perbandingan pasar saham di emerging markets Asia, tingkat imbal hasil pasar saham Indonesia lebih tinggi dibandingkan Taiwan, Thailand, Malaysia, dan China. Ini menunjukkan bahwa ekspektasi investor relatif baik. 

Ini berarti bahwa mereka berekspektasi mendapatkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi di pasar saham Indonesia. Ditambah lagi, ekspektasinya semakin didukung oleh Fitch Ratings yang telah meningkatkan credit rating Indonesia sebesar 1 notch menjadi BBB dari BBB- dengan outlook yang stabil. 

Fitch mengatakan ketahanan Indonesia terhadap guncangan eksternal telah terus diperkuat dalam beberapa tahun terakhir dengan didukung kebijakan makroekonomi yang telah diarahkan menjaga stabilitas.

Pertumbuhan IHSG didorong oleh penguatan pada delapan sektor industri, diantaranya: keuangan (+40,5 persen); industri dasar (+28,1 persen); konsumer (+23,1 persen); manufaktur (+19,9 persen); pertambangan (+15,1 persen); infrastruktur (+12,1 persen); perdagangan (+7,1 persen); dan aneka industri (+0,8 persen). Hanya dua sektor industri yang menurun, seperti pertanian (-13,3 persen) dan properti (-4,3 persen). Investor asing membukukan net sell sebesar Rp40,6 trilliun pada 2017. Ini menunjukkan investor domestik mampu mendominasi dalam mendorong pertumbuhan IHSG.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun