Mohon tunggu...
Tomy Saleh
Tomy Saleh Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Peminat macam2: agama Islam, knowledge management, human capital, learning & development, kopi, film, mafia, dll, dsb, dst...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Kurang Cukup dengan Satu Wanita...

15 Maret 2011   04:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:47 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia itu memang sudah watak dasar selalu merasa kurang puas. Karena itulah kehidupan bisa berkembang hingga seperti yang kita rasakan sekarang. Kok bisa? Contohnya: manusia kurnag puas dengan jalan tanah, karena jika hujan akan sangat becek, lengket, sulit dilalui, dan menghambat mobilitas. Maka dibuatlah jalan beraspal. Nah, sekarang bagaimana jika pria (yaitu dalam hal ini saya sendiri) kurang cukup dengan satu wanita dalam hidupnya? Saya membayangkan beberapa 'skenario' sebagai berikut:

1. Memperkosa wanita lain. Ini alternatif sinting. Lupakan saja.

2. Jajan dengan pelacur. Walaupun ada banyak pilihan, tapi 'alternatif' ini akan memakan biaya besar (biaya kamar penginapan, biaya makan-minum, dan tentu saja biaya tarif pelacur) . Lagipula sangat beresiko terkena penyakit yang sangat mengerikan (AIDS, sipilis, herpes genitalis, dan lain-lain). Ini jelas tidak mungkin bagi saya.

3. Koleksi TTM (Teman Tapi Mesra). Alternatif ini boleh jadi lebih 'ekonomis' dari pada jajan tadi, karena dilakukan suka sama suka. Simbiosis mutualisme lah. Tapi bagaimana bisa mengkoleksi TTM? Ini bukan perkara mudah. Mencari dan merayu wanita supaya mau adu nafsu (kapan saja) tanpa ada ikatan hati dan free of charge pula. Rasanya mustahil. Lagipula bagaimana cara menjaga hubungannya supaya tetap bisa ber-TTM-an tanpa ketahuan dan tanpa ada perasaan jatuh cinta? Ini alternatif yang harus saya lupakan.

4. Menikah lagi (poligami). Saya meyakini poligami itu hal yang diperbolehkan dari sisi agama saya (Islam). Tapi ini bukan alternatif sembarangan. Saya termasuk yang percaya bahwa poligami itu boleh dilakukan, tapi dengan sejumlah syarat yang (bagi saya) sangat berat. Lagipula kalaupun mau poligami, hakikatnya bukanlah berhenti jadi "alat" pemuas nafsu belaka. Satu istri saja tanggung jawabnya sudah setengah hidup, bagaimana pula dengan lebih dari satu istri? Saya mundur saja dari alternatif ini.

5. Memiliki banyak budak wanita. Ini alternatif paling asyik, sepertinya. Budak wanita boleh digauli. Sampai punya anak sekalipun. Bahkan boleh lebih dari empat budak. Tapi rasanya sejak abad ke-19, di dunia ini sudah tidak ada lagi perbudakan. Ada yang bilang, budak bisa diperoleh melalui peperangan. Tawanan perang atau masyarakat daerah yang diokupasi dalam perang boleh dijadikan budak. Tapi mau perang sama siapa dan bagaimana caranya bisa berperang? Lagipula dalam Islam, justru pahala besar dan kemuliaan ada pada perbuatan memerdekakan budak, bukan mengoleksi budak. Ini alternatif yang tidak mungkin.

Jadi bagaimana? Tampaknya saya harus berdiri di depan cermin yang sangat besar hingga terlihat seluruh tubuh saya. Sepertinya ada yang keliru dengan hati dan pikiran saya. Bagaimana bisa kurang puas dengan satu wanita (yaitu istri saya)? Dia yang setiap hari mengatakan "aku sayang abang". Menyediakan saya makanan dan minuman. Mengingatkan ucapan dan tindakan saya yang keliru. Membangunkan saya menjelang subuh agar segera bangun untuk siap-siap sholat subuh. Mengandung susah payah calon bayi kami. Memotivasi saya ketika saya sedang lemah mental. Memeluk dan mencium pipi dan kening saya sebelum saya berangkat kerja. Ah, alangkah teganya jika saya merasa kekurangan dengan satu wanita. Apalagi ini wanita hebat yang Allah pilihkan untuk saya.

Ya Allah, tumbuh kembangkanlah setiap saat cinta kasih kami. Dewasakanlah kami dalam hubungan suami istri ini. Berkahilah rumah tangga kami.

Tomy Saleh. Kalibata. 15 Maret 2011. 11:51WIB

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun