Mohon tunggu...
Tomy Saleh
Tomy Saleh Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Peminat macam2: agama Islam, knowledge management, human capital, learning & development, kopi, film, mafia, dll, dsb, dst...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara "Tintin" Dan Persoalan Mengharumkan Nama Bangsa

30 Desember 2011   06:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:34 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat tulisan ini dibuat, di berbagai biskop di Indonesia tengah terjadwal film animasi "Tintin". Film ini diangkat dari komik terkenal karya komikus asal Eropa, Herge. Mengisahkan petualangan seorang wartawan Belgia bernama Tintin dengan ciri khas rambut jambul, kaos sweater warna biru, celana cokelat, dan selalu ditemani seekor anjing putih bernama Snowy. Hal yang menarik adalah animator utama film Hollywood ternyata orang Indonesia. Namanya Rini Sugianto. Berita mengenai ini bisa dicek di sini.

Selain di film "internasional" seperti Tintin, ada pula animator Indonesia yang juga berkarir di luar negeri. Sebut saja misalnya Marsha Chikita. Putri pasangan artis Ikang Fawzie dan Marissa Haque itu adalah salah satu dari 20 animator film serial kartun Malaysia, "Upin & Ipin".

Mereka-mereka itu menuai pujian dari banyak kalangan. Mereka dianggap sebagai "duta" Indonesia di luar negeri. Mereka turut "mengharumkan" nama bangsa dengan "prestasinya" itu. Mereka adalah semacam "bukti" bahwa bangsa Indonesia juga memiliki kemampuan.

Tanpa menafikan kehebatan mereka di bidangnya, rasanya hal-hal yang mereka kerjakan itu belum cukup untuk disebut sebagai "duta" bangsa atau "mengharumkan" dan "mengangkat citra" bangsa di mata internasional. Mengapa demikian? Mereka-mereka itu adalah para profesional di bidangnya. Mereka berkarir di perusahaan di luar negeri. Lalu karena kemampuannya bagus, karir mereka melejit. So, apa yang mereka lakukan adalah sama dengan para pekerja profesional lain. "Rumus"-nya sama: siapa yang bekerja keras-cerdas, pasti karirnya akan bagus di perusahaan tempat mereka bekerja. Intinya: mereka bekerja demi masa depan karir profesional mereka. Sesederhana itu saja.

Lalu mengapa mereka bisa dianggap "mengangkat" nama bangsa? Itu karena ada publikasi media yang luas (apalagi di dunia maya). Dan juga mereka bergerak di sektor perfilman yang karya mereka disaksikan secara luas (dan karenanya menjadi mudah dikenali). Ditambah lagi "keterpurukan" citra bangsa ini di luar negeri akibat salah kelola berkepanjangan dan berurat akar (baca: KKN), sehingga (seolah-olah) bangsa Indonesia kurang memiliki sesuatu untuk dibanggakan di level internasional. Sebenarnya ada banyak anak bangsa lain seperti mereka. Misalnya para insinyur Indonesia yang bekerjadi perusahaan kontraktor atau perusahaan minyak dan gas bumi besar di luar negeri. Mereka membangun gedung, jembatan, kilang minyak, kilang gas, dan lain-lain. Di sektor manufaktur, para insinyur kita juga sukses membuat berbagai mesin mobil, mesin industri, dan sebagainya. Contoh yang seperti itu amat banyak. Kalau mau, mereka-mereka itu juga "berhak" dapat pujian dan publikasi yang luas. Tidak cuma animator. Sekali lagi, mereka adalah para profesional yang tengah berkarir di luar negeri.

Bagaimana dengan penyanyi Anggun C. Sasmi? Beliau tidak pantas dimasukkan dalam contoh yang "mengharumkan" nama bangsa Indonesia. Beliau adalah warga negara Perancis. Sehingga beliau lebih tepat disebut "mengharumkan" negeri Perancis.

Yang sebenarnya cocok disebut dengan "mengharumkan" nama bangsa seharusnya adalah orang-orang Indonesia yang memang sejak awal berniat untuk itu. Tidak hanya untuk dirinya (karirnya) sendiri. Sejak awal ia membawa "bendera" Indonesia. Ia memperkenalkan budaya bangsa ke luar negeri. Ia menunjukkan ke dunia internasional, bahwa inilah Indonesia. Kalau misalnya ia seorang animator, maka ia akan mendirikan sebuah perusahaan film animasi yang mengangkat tema yang khas Indonesia (bukan khas negeri orang lain) dan animasi itu dipromosikan ke dunia internasional. Kalau misalnya ia seorang insinyur, maka ia akan dirikan industri yang produknya dipasarkan secara internasional yang di sana tertera  "product of Indonesia". Kalau ia seorang penulis, maka ia akan tulis buku yang khas Indonesia tapi menjadi international best seller. Dan kalau-kalau yang sejenisnya.

Mengutip jargon sebuah partai politik, "Ayo Indonesia! Harapan Itu Masih Ada!"

Tomy Saleh. Kalibata. 30 Des 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun