Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tempat Paling Angker

8 Juli 2020   19:15 Diperbarui: 8 Juli 2020   19:04 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum lama ini lagi-lagi terjadi peristiwa yang memprihatinkan di jalan akibat perilaku buruk berlalu-lintas. Seorang pengendara sepeda motor tewas ditembak oknum aparat penegak hukum lantaran kendaraan mereka bersinggungan, yang memicu pertengkaran hingga peristiwa naas tersebut terjadi. 

Peristiwa itu hanyalah salah satu contoh tragis dari sekian banyak kejadian di jalan seperti : korban tabrak lari, pengendara sepeda motor terlindas truk tronton, mobil yang hancur tertabrak kereta karena menerobos palang pintu kereta, dan masih banyak lagi. 

Sebagian besar faktor penyebabnya adalah perilaku buruk pengendaranya di jalan. Mereka celaka karena ulahnya sendiri dan merugikan orang lain. Gegabah bukan musibah!

Jangankan sampai bersenggolan antar kendaraan, dari hal yang sepele seperti : berucap kata-kata buruk, saling tatap, saling serobot, saling potong, sengaja melaju lambat di jalur tengah, menghalangi orang yang ingin mendahului, tidak sabar antri dalam kemacetan, dan sebagainya bisa menjadi pemicu pertengkaran di jalan yang berbuntut panjang. Hal tersebut seolah mencirikan karakter dan budaya negatif masyakarat kita "SMS" (Senang Melihat orang Susah atau sebaliknya Susah Melihat orang Senang).

Bila kita cermati, tempat yang paling angker ternyata bukanlah di museum atau gedung2 tua, tetapi di jalan raya dan setan yang paling besar adalah setan jalanan (pengendara yang ugal2an dan tidak bertanggungjawab). Mengapa demikian? Ya, di tempat itulah banyak memakan korban sia2, dan karena ulah mereka yang ugal2an & tidak bertanggungjawab banyak orang celaka. 

Sejak kita melangkahkan kaki keluar dari rumah, roda kendaraan kendaraan kita berputar menuju tempat kerja atau suatu tujuan, kita sudah harus siap dengan berbagai risiko yang akan timbul di jalan, baik risiko yang terkait dengan kesiapan kondisi kendaraan, kesehatan fisik, mental serta pikiran kita, kondisi dan rute yang kita tempuh, risiko terjadinya insiden di jalan hingga risiko rawan-tidaknya daerah yang kita lewati dan tuju terhadap bahaya tindak kejahatan.

Namun demikian, berbagai risiko tersebut dapat kita minimize bila kita dapat memanagenya dengan baik. Artikel ini ingin mengingatkan kembali kepada kita semua agar tetap berhati-hati dalam berkendara dan santun dalam berlalu-lintas. 

Hal-hal buruk seperti contoh di atas, sebetulnya dapat dihindari karena pilihan ada di tangan kita, bagaimana cara kita mengantisipasi dan merespons nya, apakah dengan emosi atau tetap tenang & solusi.

Benar adanya komentar sekaligus nasehat yang sering kita dengar dalam berperilaku di jalan, "sing waras ngalah... banyak sabar di jalan..., ngga usah buru2 yang penting selamat, dst. 

Walaupun bukan karena kesalahan kita, sebaiknya kita tetap dapat menahan dan mengendalikan diri agar terhindar dari hal2 yang dapat berbuntut panjang. Emosi bukan solusi, emosi hanya akan menjadikan diri kita tidak terkendali, perkataan dan tindakan kita menjadi kurang terkendali dan memicu tindakan yang destruktif!

Bila tidak ingin terlambat yang dapat membuat urusan kita berantakan karena terjebak macet di jalan, berikut ini beberapa hal sederhana yang dapat kita lakukan :

1. Berangkatlah lebih awal. Lebih baik menunggu daripada terburu2, ngebut di jalan berisiko kecelakaan, terjebak kemacetan, boros waktu, pikiran, tenaga, dan biaya (boros bahan bakar).

2. Pastikan kendaraan kita selalu siap digunakan (ban cadangan, kunci2, bahan bakar, dll).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun