Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Mulia, Yang Hina

3 Juli 2020   21:00 Diperbarui: 3 Juli 2020   21:05 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Tolong anda menggunakan panggilan "Yang Mulia" karena forum ini adalah forum terhormat...", "baik yang mulia". 

Kita sering mendengar istilah "Yang mulia" atau "Yang terhormat". Istilah atau panggilan tersebut memberikan makna penghargaan yang tinggi terhadap orang yang berkomunikasi dengan kita. Biasanya digunakan dalam acara2 resmi, panggilan tersebut digunakan rakyat kepada raja/pemimpinnya dan sebagainya. 

Mulia di forum2 resmi tersebut belum tentu mulia dalam kehidupan yang sebenarnya. Menjadi mulia atau hina adalah pilihan kita. Ada yang berkedudukan setinggi2 nya dan paling terhormat menjadi hina karena "tergelincir" akibat ulahnya sendiri yang kurang pandai menjaga dan mengendalikan diri. Sebaliknya ada yang seringkali dianggap hina pada penampilan, status atau pekerjaannya ternyata menjadi mulia karena kebaikan-kebaikan yang dilakukannya.

Menjadi mulianya atau hinanya seseorang tergantung pada individunya. "Panggilan yang mulia" tersebut di atas hanyalah sementara saja sebagai sebagai atribut yang melekat pada pangkat, jabatan dan kedudukan yang kita sandang. Namun ketika atribut tersebut pada waktunya di tanggal kan, apakah orang lain juga tetap respect kepada kita?

Pada hakekatnya seseorang mulia bukan karena harta benda yang dimiliki, bukan juga karena penampilan yang cantik rupawan, bukan karena badan yang kuat, pangkat, jabatan, kedudukan dan garis keturunan, tetapi lebih kepada keindahan akhlak budi pekerti yang diperlihatkan dalam sikap dan perilakunya. 

Lantas bagaimana seseorang bisa menjadi hina? Orang menjadi hina seringkali karena "lupa diri" dan banyak dikuasai oleh emosi dan ambisi yang tidak terkendali. 

Pada banyak kasus, seseorang yang terhormat dengan kedudukan tertinggi menjadi hina tatkala ia terjerembab dan terpaksa harus menghabiskan sisa waktunya di hotel prodeo (penjara) karena demikian kompleksnya kasus hukum yang menjeratmya.

Bila saja kita mau introspeksi diri lebih jauh, hendaknya sadar dari mana kita berasal siapapun dia, maaf dari tempat yang hina, dari tanah yang pada akhirnya kembali akan menjadi tanah. 

Ketika jatah hidup seorang manusia berakhir, ia tidak lebih hanya layaknya benda mati , seonggok bangkai yang hina. Namun ketika hidup, kerap ia sombong dan arogan sikapnya padahal ia tidak lebih sebagai mahluk yang kemana-mana membawa maaf (kotoran) dan lupa diri karena apa yang dimiliki dan disandangnya ia merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain. 

Dengan kita sadar dari mana kita berasal dengan segala kekurangan dan kelemahan, maka tidak alasan kita untuk menghina ataupun merendahkan orang lain. Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan manusia ada yang berkelebihan ada yang kekurangan, ada yang hidup nya beruntung ada yang hidupnya kurang beruntung. Semuanya diciptakan untuk saling membantu, saling mengasihi dan saling menyayangi dan bukan sebaliknya. 

Ingin hidup mulia di dunia? ingin dikasihi dan disayangi oleh yang menciptakan kita? Cintai dan sayangi ciptaannya dengan akhlak dan budi pekerti yang baik. Tanam yang baik dan Tetaplah rendah hati....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun