Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Diam! Saya Sudah Tahu!"

3 Juli 2020   09:00 Diperbarui: 3 Juli 2020   09:00 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemimpin yang bijak pandai mengendalikan diri akan menghindari kalimat dan kata-kata ini... Diam! Saya Sudah Tahu! Kamu tahu saya siapa! dan seterusnya...


"Kamu tahu apa! Kamu tahu siapa saya! "Tidak usah nasehati saya urus saja diri sendiri, dll". Kata-kata tersebut kerap terdengar ketika...maaf seorang atasan, orang yang lebih tua, seorang senior atau seseorang merasa lebih pandai, orang merasa lebih tinggi kedudukan dan lain2nya dari orang lain...

Kata-kata tersebut bisa jadi merupakan kompensasi dalam bentuk sikap yang merefleksikan kebuntuan di dalam mencari solusi dari masalah yang dihadapinya. Jadi bagi yang menerimanya cukup mendengarkannya saja tanpa perlu berdebat lebih jauh....

Sebagai manusia, tidak ada yang sempurna. Kita selalu membutuhkan bantuan orang lain. Demikian pula ada bagian dari diri kita dimana kita lengah (blind spot atau "titik lemah kita) yang tidak dapat kita lihat kecuali melalui bantuan orang lain.

Para profesional di berbagai bidang sebagian besar membutuhkan peran mentor, adviser ataupun pelatih untuk mendampingi, melatih dan membantu mereka di dalam mengasah kemampuan dan pengambilan keputusan serta tindakan agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Demikian pula dalam hidup, kita butuh seseorang untuk mendampingi kehidupan kita, sekaligus untuk mengingatkan kita seandainya ada keputusan dan tindakan yang keliru keluar dari arah yang akan kita tuju. 

Kita butuh orang lain yang berani menegur, mengingatkan dan menasehati agar kita tidak lupa diri tatkala kita mulai melakukan sesuatu hal yang keliru yang mungkin tidak kita sadari dan mengajarkan kita untuk tetap rendah hati...

Untuk sukses kita butuh hati yang lapang dan lentur serta sabar untuk siap menerima kritikan, menerima nasehat, dan menerima teguran serta tantangan dari mereka karena hal2 tersebut sering kita sepelekan tetapi yang justru menyelamatkan diri kita dan membuat kita menjadi manusia yang tangguh dan tidak cengeng.

Untuk menjadi lebih baik maka biarkan orang lain menjadi mata kita di area blind spot kita, sehingga kita bisa melihat apa yang tidak bisa kita lihat melalui pandangan kita sendiri agar kita senantiasa dapat memperbaiki diri, lebih baik tanpa merasa paling baik...

Mari kita saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan kesabaran dengan saling membantu agar kita menjadi manusia yang bijak, cerdas namun tetap rendah hati...Semoga...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun