Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kasta?

30 Juni 2020   12:00 Diperbarui: 30 Juni 2020   12:24 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


"Pak, nanti turun dan ikut makan ya". "baik Pak". "Lho kok di situ, ayo sini kita makan sama-sama ya. "Baik Pak. Driver dan pemilik kendaraan pun makan bersama-sama pada satu meja sambil berbincang. "Ayo tambah makannya ya. "Sudah pak, terima kasih. Tidak lama kemudian, "maaf pak, biar saya tunggu di luar saja. terima kasih pak saya sudah diajak makan. "Oh iya sama-sama".

"Bi, dipanggil bapak. "baik, nyonya. "bisa ke sini sebentar, bi. "baik tuan", si bibi bergegas mendatangi tuan pemilik rumah. "Lho kok duduk di bawah, bi. Ayo duduk di kursi." Biar di sini (di lantai) saja tuan. "Ayo bi, ngga apa2 ayo jangan sungkan"ujar istri pemilik rumah. "Baik nyonya. "begini bi, kalo panggil saya dan ibu cukup bapak dan ibu ya. jangan panggil tuan dan nyonya. "baik, tuan eh...maaf maksud saya, baik pak.ha3x...mereka pun tertawa bersama.

Kita sering mendengar istilah Juragan (Tuan atau Nyonya) dan Pelayan atau pembantu. Istilah tersebut secara tidak langsung menciptakan jarak dan kedudukan, yang seringkali membuat si tuan atau si nyonya "merasa" harkat dan martabat nya lebih tinggi dibandingkan dengan pelayannya. 

Di rumah kita jadi juragan, namun bisa jadi di tempat kerja kita sebagai karyawan yang "membantu" atasan kita atau bukan tidak mungkin juga sebaliknya. Benar bahwa si pemilik dan tuan rumah membayar upah bagi pembantu nya tetapi bukan berarti boleh bersikap semaunya. 

Orang boleh berbeda pakaian, baju, dan kedudukannya, tetapi pada dasarnya manusia itu sama kedudukannya di mata Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Karena hidup ini seperti roda yang berputar, maka ketika kita berada "di atas" hendaknya tidak semena-mena karena suatu saat kita pun akan turun atau bahkan jatuh dan berada di bawah. 

Benar adanya istilah dalam bahasa jawa "Ojo dume" (jangan mentang-mentang, jangan semena-mena, jangan sewenang-wenang), karena tidak ada yang perlu kita bangga-banggakan kecuali akhlak dan budi pekerti yang baik yang menjadi pembeda kualitas setiap orang.

Kasta atau tingkat kedudukan hanyalah sebutan dan bagian dari permainan dan sandiwara dunia yang bersifat sementara saja, ketika "kedudukan" tersebut ditanggalkan, maka seseorang akan kembali pada kodratnya sebagai manusia yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa...

Bersikaplah rendah hati niscaya Tuhan yang akan mengangkat derajat kita di mata manusia tiada satupun yang dapat menghalanginya dan sebaliknya, ketika kita menempatkan dan merasa diri lebih tinggi dari orang lain, maka niscaya Tuhan akan merendahkan derajat kita di mata manusia.

Tanam yang baik dan Tetaplah rendah hati....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun