Mohon tunggu...
Tomy Aditya
Tomy Aditya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semangat Toleransi Jelang Imlek

3 Februari 2019   20:48 Diperbarui: 3 Februari 2019   20:59 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar : mediaindonesia.com)

Tak lama lagi, masyarakat Etnis Tionghoa akan merayakan tahun baru imlek. Di Indonesia, selama tahun 1969 -- 1999, perayaan tersebut dilarang dirayakan ditempat umum. Dengan instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, diantaranya Imlek.

Semangat toleransi beragama lantas muncul berkat Presiden Abdurrahman Wahid yang mencabut Inpres Nomor 14 / 1967. Kemudian Gus Dur menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19 / 2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Barulah pada tahun 2002. Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati pada tahun 2003.

Semangat toleransi juga dijunjung oleh  komunitas Gusdurian Pasuruan yang turut bergabung dalam tradisi bersih -- bersih altar suci di Klenteng Tjoe Tiek Kiong. Tradisi tersebut memang rutin dilakukan pada tiap satu pekan jelang perayaan.

Tampak 4 orang dari Komunitas "Gitu Aja Kok Repot" Gusdurian Pasuruan akrab berbaur dengan umat tridharma Klenteng Tjo Tiek Kiong Pasuruan. Sembari membersihkan patung salah satu Dewi di ruang persembahyangan utama.

Semangat menjalin persatuan dalam keberagaman seperti ini tentu sangat penting untuk dijalin agar lebih mengenal dan saling belajar memahami satu sama lain.
Seperti kalimat yang pernah disampaikan oleh Gus Dur, "Jika sudah mengenal, maka kami bisa belajar memahami dan membantunya apabila memang dibutuhkan, bahkan bisa saling menjaga satu sama lain. Semakin tinggi ilmu seseorang, maka akan semakin besar rasa toleransinya.

Yudhi Darma Santoso, Guru Kong Hu Cu di Klenteng yang berlokasi di Kelurahan Trajeng Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan ini, juga memiliki keselarasan dalam menjunjung sikap toleransi.

Tak aneh jika pengurus klenteng Tjo Tiek Kiong terlihat sangat akrab dengan anggota Gus Durian Pasuruan, usut punya usut mereka sama -- sama mengidolakan satu sosok yang sama yakni KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, Presiden RI ke 4.

Pihak klenteng juga menginformasikan, bahwa perayaan sakral pada saat imlek dilaksanakan saat malam hari menjelang Tahun Baru Imlek. Sementara perayaan secara meriah dengan hiburan kesenian seperti barongsai, diadakan pada saat Cap Go Meh yaitu 15 hari pasca tahun baru Imlek.

Sedangkan perayaan Imlek oleh warga keturunan Tiong Hoa di Nusa Tenggara Timur merupakan momentum atau kesempatan berharga untuk memperkuat semangat toleransi dan kerukunan hidup antar dan inter umat beragama.

Sekretaris uskup Romo Gerardus menuturkan, masyarakat Muslim, Kristen, Katholik, Hindu Dan Budha yang ada di Provinsi NTT itu perlu menghormati, mendukung bahkan ikut menyukseskan serta memperkuat semangat toleransi kepada kalangan lain yang akan merayakan hari besar masing -- masing.

Hal ini wajar dilakukan karena Provinsi NTT merupakan daerah dengan penduduk yang heterogen dengan penduduk yang berbeda -- beda baik etnis maupun agamanya. Sehingga perlu dijaga dan dipertahankan dengan cara -- cara yang telah lama dilakukan ketika hari -- hari besar keagamaan sendiri atau sesama pemeluk agama lainnya.
Sementara itu Ketua Majelis Ulama NTT H Abdul Kadir Makarim mengatakan bahwa perayaan hari besar agama baik Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu sudah masuk dalam agenda tahunan yang melibatkan masyarakat tanpa membeda -- bedakan agama dan etnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun