Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), saat ini yang menganggur cukup tinggi. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad mengatakan hal tersebut di FMB 9.
Meskipun tingkat penyerapan tenaga kerja terus meningkat, dari 10,8 % menjadi 13,6 % tetap saja masih banyak lulusan SMK yang menganggur. Mengapa ini terjadi, karena adanya mismatch antara lulusan SMK dengan kebutuhan industri di daerah SMK tersebut berada.
Kalaupun misalnya jurusan yang dibuka sudah sesuai dengan yang dibutuhkan di daerah tersebut, kurikulum di SMK yang ada di daerah tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan industri.
Permasalahan lainnya, adalah over supply lulusan SMK untuk jurusan tertentu. Misalnya adalah jurusah Teknologi Informasi dan Komputer. Hamid mengatakan, banyak sekali SMK yang membuka jurusan ini.Â
Apa yang dilakukan pemerintah untuk masalah ini?
Pemerintah saat ini melakukan harmonisasi dengan industri, agar nantinya, SMK bisa membuka jurusan dan kurikulum seperti yang dibutuhkan oleh Industri.Â
Hingga saat ini, sudah ada 12 kompetensi keahlian yang diselaraskan dengan kebutuhan industri dan sudah dituntaskan pada Desember 2018. Industri ritel, otomotif dan produk kecantikan, menurut Hamid sudah menjalin kerjasama membuka kelas di SMK sesuai kurikulum industri.
Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah, lanjut Hamid di diskusi FMB 9 adalah, meningkatkan kompetensi dan kualitas guru. Saat ini, SMK masih kekurangan guru produktif yang mampu mengajar dua keahlian.
Cara menyiasatinya adalah dengan menambah guru dari lulusan perguruan tinggi, namun juga dari lulusan politeknik.Â
Yang tidak kalah pentingnya, agar lulusan SMK tidak banyak yang menganggur, peserta didik dari SMK nantinya juga akan diupayakan bisa menjadi wirausaha-wirausaha muda, atau entrepreneur.