Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Di Dalam Gaji Kita, Sudah Termasuk "Dicaci-Maki" Atasan

4 Mei 2021   22:54 Diperbarui: 4 Mei 2021   23:20 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pixabay

Ada yang namanya blind spot, kita tidak bisa lihat, tapi orang lain bisa.Itu kenapa orang sekelas Muhammad Ali masih butuh pelatih.Padahal kalau diadu, pasti Muhammad Ali bisa menjatuhkan pelatihnya dengan dua kali pukulan.

Oleh karena itu Muhammad Ali butuh seorang pelatih yang bisa melihat kekurangannya, dimana Ali sendiri tidak bisa melihatnya.

Kedua, "Di dalam gaji kita itu sudah termasuk dimarahin atasan." Inilah prinsip yang kami sepakati bersama di kantor.Ada begitu banyak orang yang kerja mau enaknya saja, tapi tidak mau bagian tidak enaknya.Padahal semua itu sudah satu paket.Seperti ada hak ada kewajiban.

Banyak orang bekerja kalau salah tidak mau ditegur.Harapannya kerja ya kerja aja.Melakukan suatu rutinitas, mengeluarkan tenaga, lalu pulang dan berharap tidak ada koreksi atas hasil kerjanya.Tentu ini adalah pola pikir yang keliru.

Walapun saat ini ada hak asasi manusia hingga peraturan ketenagakerjaan, sebenarnya secara terbatas kita harus menghidupi spirit budak saat sudah bekerja disebuah perusahaan.

Dalam arti begini, jaman dulu, yang namanya budak itu diperjual belikan.Saat seorang budak sudah dibeli, sang budak sudah tidak punya hak apapun dan hanya punya kepentingan untuk mengabdi pada tuannya.

Dalam hal ini sang budak akan bekerja untuk tuannya, akan dipukul, tidak dikasih makan, hingga dibentak jika kerjanya dianggap tidak becus.

Tentu ini adalah contoh yang ekstrim, itu kenapa saya sebut penggunaan ilustrasi ini ditarik maknanya secara terbatas.Hanya pada bagian bagaimana seorang budak punya pemahaman bahwa dia bukan hanya bekerja, tapi juga milik tuannya.

Disebagian makanan yang dilahap oleh sang budak ada jatah untuk dicaci maki sang tuan.Di sebagian upah sang budak ada nominal untuk diomelin sang tuan.Apa bedanya dengan kita yang bekerja di era modern seperti sekarang ini? Sama saja bukan.

Jangan dikira tulisan ini adalah pembelaan bagi mereka bos-bos yang tidak berperikemanusiaan.Tulisan ini juga bukan upaya positive thingking yang dipaksakan.

Tapi yakinlah, tidak pernah memikirkan hal baik itu, manfaatnya untuk orang lain lebih dulu, pertama-tama kita lah yang lebih dulu merasakan manfaatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun