Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Presiden yang "Tumbuh Tinggi" Kokoh di Kedalaman

21 Maret 2021   15:09 Diperbarui: 21 Maret 2021   15:21 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: cnn indonesia

Kalau kita Bandingkan bagaimana stabilitas kepemimpinan Presiden Jokowi di periode pertama dan keduanya, kita bisa melihat sebuah progresivitas bertahap. Tentu tidak mudah menjadi presiden di era Jokowi. Namun pertumbuhan stabilitas secara bertahap membuktikan bahwa Jokowi semakin hari semakin matang menjadi presiden.

Joko Widodo memimpin Indonesia di era media informasi sudah sangat maju. Setiap orang bisa menciptakan atau memproduksi beritanya sendiri. Itu sebab tantangan pertama Jokowi di awal kepemimpinannya adalah hoax dan ujaran kebencian.

Kelompok-kelompok ini terus memproduksi informasi bohong untuk menggoyang pemerintahan yang sah. Mudah Saja sebenarnya mengalahkan mereka yang suka menyebarkan berita bohong. Kerahkan saja perangkat hukum lalu tangkap mereka satu persatu.

Namun bukan begitu cara Jokowi. Di awal kepemimpinannya Jokowi masih bermain di ranah himbauan. Tapi saat yang diimbau tidak mau mendengarkan barulah secara bertahap satu persatu para penyebar kebencian tersebut dieksekusi secara hukum.

Ini hanya contoh, bukan fokus tulisan ini. Ini hanya contoh bahwa Jokowi selalu punya strategi yang bertahap. Sebab cara-cara kasar dan keras bisa mengundang kritik bahwa pemerintahan Jokowi melanggar HAM dan membungkam kebebasan berpendapat.

Kini penertiban penyebaran informasi pun terus dilakukan. tidak sempurna memang, sebab ada kesan perangkat hukum memenjarakan seseorang yang sebenarnya tidak perlu dipenjara karena pendapatnya. Oleh karena itu Jokowi berencana merevisi UU ITE.

Sekali lagi Ini adalah sebuah langkah yang bagus untuk iklim demokrasi di negara Indonesia. Padahal kalau Jokowi mau, sebagai presiden dia bisa memanfaatkan undang-undang tersebut untuk memberangus lawan politiknya. Namun faktanya inisiatif untuk merevisi UU ITE lahir dari Jokowi sendiri.

Maka sungguh mengherankan kalau ada yang berkata bahwa Jokowi otoriter. Kalau Jokowi otoriter maka dia tidak akan berinisiatif merevisi UU ITE tersebut. Justru Jokowi prihatin melihat sesama masyarakat saling melaporkan.

Kenapa Jokowi tidak disukai oleh kelompok-kelompok tertentu? Karena spirit pembangunan Jokowi berakar pada konstitusi dan gambar besar founding fathers Indonesia. Jokowi hadir seolah untuk menyempurnakan karya-karya para pendahulunya.

Tentu di antara presiden sebelumnya ada yang menjadi benalu dan tidak meneruskan pembangunan Indonesia dalam sebuah benang merah yang saling berkaitan. Dia melakukan pembangunan berdasarkan kepentingan politiknya sendiri. Oleh karena itu tantangan Jokowi sebenarnya lebih berat karena mewarisi begitu banyak masalah pembangunan.

Bukan hanya masalah di depan layar tapi juga di belakang layar. Dalam membenahi semua permasalahan ini tentu Jokowi menghadapi orang-orang kuat. Tapi itulah Jokowi yang cerdik seperti ular, juga licin untuk digenggam. Presiden yang tulus saja tapi tidak cerdik tentu akan gagal menuangkan program pembangunan konstitusionalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun