Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Komunikasi Gelandangan" Risma Gebuk "Komunikasi Cat" Anies di Pilgub DKI Jakarta 2022

25 Januari 2021   13:30 Diperbarui: 25 Januari 2021   13:59 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar tribunnews.com

Fakta pertama, Belum lama ini, Menteri Sosial, Tri Rismaharini, mengantarkan 15 Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), yang terdiri dari gelandangan dan pengemis untuk bekerja di PT Waskita Karya.Langkah ini merupakan salah satu upaya pembinaan PPKS oleh Mensos agar mereka dapat ditempatkan di dunia kerja.Fakta kedua,Pemprov DKI Jakarta memamerkan atap rumah warna-warni di dekat Flyover Lenteng Agung, Jakarta Selatan.Dan pengecetan itu adalah ide orisinil Anies Baswedan.

Menjelang pilgub DKI Jakarta di Tahun 2022, yang sebelumnya diwacanakan di tahun 2024, anies baswedan menghadapi tantangan yang berat. Tokoh-tokoh seperti Denny Siregar, Ferdinand Hutahaean, Ade Armando dan rekan benar-benar menelanjangi hakekat program Anies Baswedan.

Yang terbaru adalah tentang proyek pengecatan atap rumah dekat flyover Lenteng Agung yang dinilai buang-buang anggaran. Aktivis Permadi Arya atau yang lebih dikenal dengan nama Abu janda sampai mengolok-olok melalui sebuah video dimana dia mengenakan kostum Iron Man.Melalui video itu Permadi Arya diceritakan meminjam kostumnya Tony Stark untuk menikmati pemandangan atap rumah yang dicat sambil terbang. Permadi Arya sekaligus menyindir bahwa untuk menikmati karya Anies itu seseorang memang harus terbang.

Karya Anies Baswedan ini tentu sangat kontras dengan gebrakan yang dilakukan Risma sebagai Menteri Sosial. Risma malah memberi pekerjaan kepada 15 orang yang terdiri dari gelandangan dan pengemis sebagai buruh kasar di salah satu BUMN. Jika kita ingat dulu Bagaimana Anies Baswedan mengkritik Karya Pembangunan Ahok dalam hal infrastruktur sebagai usaha yang tidak membangun manusia, maka Karya Pembangunan Anies Baswedan malah tidak membangun apa-apa.

Dilihat dari sudut pandang pembangunan infrastruktur juga tidak. Sebab berbicara infrastruktur maka berbicara fungsi. Berbicara infrastruktur maka berbicara kajian ilmiah dimana infrastruktur yang dibangun berdampak pada kehidupan manusia. Maka Bagaimana kajian ilmiah tentang atap rumah yang dicat. Bahkan jika bicara estetika, proyek estetik tersebut tidak boleh melupakan kajian ilmiah dan rasio.

Bagaimana cara menikmati atap rumah yang dicat selain dengan terbang. Kepada siapa atap rumah yang dicat itu akan dipertontonkan? Apakah kepada burung-burung di udara? Ditengah kesulitan Warga Jakarta karena pandemi covid 19 sesungguhnya pengecatan Atap atap rumah tersebut hanyalah buang-buang anggaran dan program yang tidak bertanggung jawab. Tidak ada urgensi atau asas kemanfaatan dalam proyek tersebut.

Maka jika rakyat Jakarta semakin kritis peluang Anies Baswedan dalam pilgub DKI Jakarta di Tahun 2022 bisa pupus. Sebab gaya kepemimpinan Risma memang menguntungkan sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Hal itulah yang dulu memenangkan Joko Widodo dalam pilgub DKI Jakarta melawan Fauzi Bowo. Jakarta adalah kota yang kompleks, dibutuhkan keberanian pemimpin untuk melakukan sebuah gebrakan yang substansial. Sebuah program yang menyentuh bentuk ideal sebuah kota, dan mereka yang selama ini mengambil keuntungan dari kerusakan kota.

Misalnya saja mereka yang memanfaatkan tanah di pinggiran kali lalu membangun kontrakan. Untuk hal seperti ini harus ditertibkan dan pasti menciptakan kontroversi serta perlawanan. Tapi kalau tidak ada kontroversi tidak ada perbaikan. Sebab sungai memang harus memiliki tepian sehingga alat berat bisa masuk untuk pengerukan dan pemeliharaan sungai.

Maka bisa dikatakan program pengecatan atap hanyalah program pamer di media sosial tapi kosong secara substansi dan fungsi. Maka bisa dikatakan, tindakan Risma mempekerjakan para pengemis dan Gelandangan jauh lebih manusiawi daripada tindakan Anies mengecat atap rumah. Bukankah lebih baik uang untuk pengecatan rumah tersebut dibelikan beras lalu dibagi-bagikan pada rakyat miskin.

Sebab jika kita golongkan dalam usaha memberi hidup pada masyarakat, mengecat atap rumah tersebut, dikatakan memberikan ikan tidak, disebut memberi kail agar masyarakat dapat memancing ikan sendiri juga tidak.Maka program pengecatan rumah yang dilakukan Anies Baswedan adalah sebuah blunder yang merugikannya dalam pilgub DKI Jakarta selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun