Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Standar Tinggi Ahok Hantui Warna Meriah Anies, Anies Tertular Ridwan Kamil

19 Januari 2021   16:55 Diperbarui: 19 Januari 2021   17:39 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar bisnis.com

Netizen membandingkan jalan layang Semanggi yang dibangun pada era DKI Jakarta dipimpin Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) dengan rumah warna warni di sebelah Flyover Lenteng Agung, Jakarta Selatan yang dibangun oleh Anies Baswedan .Respons warganet umumnya mempertanyakan anggaran dan manfaat pengecatan warna warni atap rumah warga dengan corak khas Betawi seperti Ondel-Ondel itu.

Jakarta Sempat Memiliki banyak event-event di bawah kepemimpinan Joko Widodo. Namun setelah Jokowi naik menjadi presiden, kepemimpinan Jakarta sedikit kaku karena diambil alih oleh Ahok. Namun tak jadi soal karena kepemimpinan Jokowi dan Ahok tetap berorientasi pada hasil yang substansial. Namun Tampaknya ada pergeseran program di era Anies Baswedan.

Pekerjaan Pemprov DKI menjadi tidak substansial, itulah yang terjadi pada kasus penyelenggaraan Formula E dan atap rumah warna warni di sebelah Flyover Lenteng Agung, Jakarta Selatan.Sontak hal ini menjadi olok-olok netizen di media sosial. Netizen menganggap Anies Baswedan membuang-buang anggaran dan mempertanyakan apa kegunaannya atap diberi cat warna warni.

Bahkan Netizen membandingkan karya atap warna-warni Anies Baswedan dengan karya mahasiswa Malang yang membuat tembok dinding rumah berwarna warni bermodalkan kerjasama dengan perusahaan cat. Setidaknya ada dua keunggulan yang dilakukan para mahasiswa Malang ini.

Pertama, jika yang dicat adalah dinding, maka keindahan warnanya dapat dinikmati saat orang melewatinya dan tetap melekat pada daratan. Sedangkan warna-warni atap hanya dapat dilihat dari atas. Maka Permadi Arya atau yang lebih dikenal dengan Abu janda pun membuat olok-olok dengan memakai kostum Iron Man. Di mana dia hanya dapat menikmati atap warna-warna itu jika menggunakan kostum milik Tony Stark itu.

Kedua adalah soal anggaran. Sampai sekarang publik masih mempertanyakan Berapa biaya pengecatan atap tersebut. Lagi-lagi publik dibuat harus bertanya karena tidak adanya keterbukaan dari Pemprov DKI Jakarta. Faktanya pengecatan Atap atap rumah tersebut adalah ide orisinil Anies Baswedan dan sangatlah tidak penting. Bolehlah Anies Baswedan punya program kerja estetik, tapi estetika hanyalah gimmick dari pada fungsi.

Saya jadi teringat dengan program Ridwan Kamil di awal kepemimpinannya jadi Walikota Bandung. Saat itu Ridwan Kamil membuat program-program yang mubazir. Sebagai warga Bandung saya melihat dengan jelas Bagaimana program tersebut akhirnya hanya membuang anggaran.

Seperti pohon yang diikat dengan kain berwarna warni, halte kapsul, Taman Jomblo dan berbagai program lainnya yang tidak substansial untuk kesejahteraan atau kenyamanan masyarakat. Namun sebagai warga Bandung Saya mengakui tidak semua program Ridwan Kamil jelek dan tidak substansial. Beberapa program Ridwan Kamil yang menurut saya sukses seperti pinjaman lunak untuk para UMKM di kota Bandung, tempat berjualan layang di Jalan Cihampelas, pembangunan beberapa Jalan layang serta membaiknya pelayanan administrasi PNS di kota Bandung.

Maka apakah Anies Baswedan tertular atau terinspirasi oleh Ridwan Kamil? Namun Ridwan Kamil adalah seorang arsitek, sehingga faktor estetika memang sangat penting baginya. Itu kenapa dalam setiap proyek pembangunan Ridwan Kamil selalu menambahkan faktor estetik pada sisi luar pembangunannya.

Namun kembali jika tujuannya hanyalah estetika Saya pikir itu hanyalah persoalan minor yang tidak perlu dikedepankan. Anies Baswedan boleh saja mengedepankan estetika tapi estetika harus tertanam dalam pembangunan yang substansial. Sehingga faktor manfaat menjadi nomor satu agar anggaran tidak terbuang sia-sia.Apalagi Anies Baswedan pernah mengkritik Ahok karena fokus membangun sesuatu yang sifatnya fisik melulu.Padahal Ahok sudah menjelaskan apa yang dibangunnya telah melalui kajian ilmiah dan lingkungan.Lalu apa kajian ilmiah pengecatan atap berwarna-warni?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun