Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Dosa Jokowi" dalam Runtuhnya Ekonomi Rakyat Khusus

9 Agustus 2020   09:06 Diperbarui: 9 Agustus 2020   09:08 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat dalam perjalanan pulang saya ngobrol-ngobrol dengan seorang teman tentang covid19.Saya pribadi, tanpa bermaksud meremehkan, masih merasa kalau penanganan covid19 ini terlalu dibesar-besarkan, bahkan jauh dilubuk hati saya yang terdalam entah kenapa masih ada kepercayaan bahwa semua ini adalah teori konspirasi.Tentu saja firasat saya itu tidak beralasan sama sekali, mengingat fakta-fakta yang ada.

Tapi tetap saja buat saya ada banyak penanganan yang keliru.Maka pembicaraan saya dan teman saya itu sampai pada pertanyaan kenapa masih harus ada industri yang ditutup.Misalnya saja tempat hiburan malam.

Di Bandung dan Jakarta pekerja di industri ini sudah demo, menuntut keadilan.Maka saya bilang ke teman saya,"Aneh gak sih, disaat kita semua sudah berkerumun tapi masih ada industri yang dilarang.Bagi saya pelarangan ini sudah tidak relevan."Teman saya itu setuju.

Hemat saya, kalau mau PSBB, ya PSBB semua seperti awal-awal dulu.Apalagi gunanya menutup sebagian industri kalau pasar, rumah ibadah, mall sudah buka? Saya bukannya pemain di tempat hiburan malam, tapi yang jadi pertanyaan saya kenapa kita harus korbankan mereka disaat kita sendiri tidak pakai masker, sudah ngumpul di restoran dan rumah ibadah?

Relevansi inilah yang sedari awal saya pertanyakan.Industri hiburan itu sangat kecil jika dibandingkan segala jenis aktivitas yang bergerak dan diijinkan beroperasi saat ini.Bahkan setelah diadakan pelarangan sana sini, faktanya korban covid19 terus bertambah.Walaupun saya ragu dengan angka-angka itu.Saya tidak yakin semua angka itu adalah orang yang kena corona, bahkan saya ragu dengan validitas kematian covid19.

Jangan-jangan meninggal karena penyakit lainpun disebut meninggal karena covid19.Dan saya bingung, di satu sisi kita harus menebar optimisme, tapi di sisi lain pemerintah terus menjadi juru bicara covid19 dengan melaporkan angka-angka pertumbuhan covid 19 setiap hari.Gak ada kerjaan ya? Maksud saya, ya pasti bertambah lah, kan kata WHO virusnya kemungkinan bakal seumur hidup ada di dunia.Kenapa HIV AIDS, TBC, dan penyakit lainnya tidak dilaporkan juga setiap hari?

Bagi saya, kita terlalu takut menghadapi virus yang satu ini.Dalam hal ini pak Presiden Jokowi terlalu gentar menghadapi situasi yang ada.Demikian juga dengan kepala daerah.Buat saya, percuma sehat kalau ekonomi babak belur.Kebangkrutan ekonomi adalah kehancuran psikologi rakyat.Tentu saya tidak ingin menyalahkan Jokowi seorang, sebab banyak negara lebih kacau penangannya dibanding kita.Bahkan Indonesia tergolong bagus.Tapi ada kekurangan yang harus diperbaiki, yaitu keberanian menormalkan keadaan.

Bahkan dalam demonya saya membaca para pengusaha hiburan malam siap menjalankan protokol kesehatan, tapi entah kenapa hal ini belum digubris.Tentu disini peran kepala daerah dan instruksi Jokowi sebagai presiden sangat diperlukan.Jangan menunggu ekonomi hancur, baru akhirnya dibuka.Toh ketika dibuka covid19 juga masih ada.

Yang diperlukan disini adalah keberanian untuk melihat gambar besar ekonomi yang hancur.Jangan bersembunyi dibalik stimulus ekonomi yang hanya ratusan pertiga bulan lalu berharap uang itu akan dibelanjakan.Hello...yang ada buat bayar hutang pak, itupun kalau cukup.Makanya maksud saya, yang realistis sajalah.Jangan hidup di awang-awang.Saya setuju ada bantuan langsung tunai dalam kondisi begini, karena bisa menstimulus ekonomi dan menggerakkan daya beli masyarakat.Tapi hal itu tidaklah memulihkan ekonomi Indonesia.

Yang dibutuhkan adalah new normal dalam arti hidup seperti biasa namun dengan protokol kesehatan di semua sektor usaha.Apalagi yang ditakutkan kalau hal ini bisa dilakukan? Tak perlu pakai suara gemetar, apalagi nangis-nangis.Jangan jadi kepala daerah yang cengeng, yang dibutuhkan itu solusi berani dan tindakan nyata para pengambil kebijakan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun