Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ekonomi Indonesia Mendekati Krisis Moneter 1998 Jokowi Cemas

10 Juli 2020   11:40 Diperbarui: 10 Juli 2020   11:30 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti dilansir kompas.com setidaknya ada tiga fakta yang membuat Presiden Jokowi merasa ngeri. Kengerian itulah yang diungkapkan Jokowi lewat kemarahan dan istilah sense of crisis yang diharapkan dimiliki oleh para menterinya.

Fakta pertama yang membuat Jokowi was-was adalah Prediksi World Bank hingga IMF Ekonomi Bakal Minus. Selama ini, sebelum Covid19 melanda ekonomi Indonesia yang pertumbuhannya di bawah 5 persen saja dianggap sebuah  kegagalan oleh para pakar ekonomi. Apalagi jika minus.Kekhawatiran Jokowi ini sangat beralasan.

Jika kita lihat fakta di lapangan, dimana banyak orang kehilangan pekerjaan, usaha-usaha ditutup, pabrik-pabrik tidak berproduksi, bisa  dibayangkan betapa kacaunya perekonomian Indonesia saat ini. Namun sebagai kepala negara yang harus memikirkan semua lini kehidupan masyarakat, apa yang dilakukan Jokowi saya rasa sudah tepat.

Dengan berani Jokowi mengatakan bahwa kita harus menghadapi corona. Karena menurut WHO sendiri, virus ini kemungkinan tidak akan pernah hilang.Kalaupun hilang, mungkin masih lama waktunya.Maka Jokowi meminta PSBB dilonggarkan, karena cost nya terlalu besar jika kita melanjutkan PSBB.

Beberapa perusahaan bahkan sudah mewanti-wanti hanya mampu bertahan beberapa bulan lagi saja kalau tidak segera berproduksi.Dalam hal ini ekonomi dan kesehatan sama pentingnya.

Fakta kedua yang lebih mencengangkan adalah perbandingan krisis ekonomi yang terjadi di 1998 dengan krisis ekonomi saat ini. Saat 1998 tidak semua sektor terhantam, dan UMKM pun bisa menjadi penyelamat ekonomi RI. Sementara saat ini seluruh sektor terganggu, bahkan UMKM terdampak paling parah. Sebab aktivitas masyarakat terbatasi.

Jika kita pelajari saat krisis ekonomi 1998 melanda Indonesia, UMKM bisa dikatakan tetap kokoh dan bahkan menjadi motor penggerak bangkitnya perekonomian nasional. Maka jika UMKM harus mati karena corona ini, tak ada lagi sektor yang dapat diandalkan untuk memulihkan ekonomi Indonesia.

Sebab perusahaan-perusahaan besar pasti butuh waktu lama untuk pulih. Seperti mall, bioskop, pabrik dan sektor besar lainnya.

Lalu fakta ketiga yang membuat presiden Jokowi cemas adalah Jumlah Pasien Positif Corona Terus Bertambah. Data terakhir menunjukkan jumlah pasien positif Corona di Indonesia sudah mencapai 70.736 orang, bertambah 2.657 orang hanya dalam satu hari. Sementara yang sudah sembuh 32.651 orang, dan meninggal dunia 3.417 orang. 

Seperti yang dikatakan Jokowi, kesehatan memang prioritas, tapi pemerintah tidak bisa mengabaikan pertumbuhan ekonomi begitu saja. Kalau ekonomi terganggu, masyarakat secara psikologis juga mengalami tekanan dan secara tidak langsung kesehatannya juga akan terganggu. Maka Jokowi juga menghimbau agar kepala daerah bisa peka dan mampu menyeimbangkan antara ekonomi dan kesehatan.

Maka saya sangat setuju tempat hiburan mulai buka. Tapi tetap dengan protokol kesehatan. Tak ada gunanya menunda-nunda pembukaan sektor usaha dan takut berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun