Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gebuk Para Menterinya Cara Jokowi Perbaiki "Dosa" Masa Lalunya

9 Juli 2020   20:21 Diperbarui: 9 Juli 2020   20:23 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang lalu biarlah berlalu.Tak perlu lagi saling menyalahkan.Mungkin itulah pikiran yang harus kita tanamkan dalam diri.Bagaimanapun, pandemi Covid19 ini bukan hanya menyerang Indonesia, tapi seluruh dunia.Negara maju seperti Amerika dan China saja kelabakan menghadapi virus yang satu ini.

Memang harus diakui, sekalipun tidak bisa dihindari, setidaknya setiap negara mampu mengatasi pandemi ini dengan baik.Contohnya Singapura, Israel, dan beberapa negara lainnya yang peka dan cepat tanggap dalam mengahadapi pandemi ini.Hingga akhirnya kasus Corona di negaranya sangat kecil bahkan nihil.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Inilah yang saya sebut kesalahan masa lalu Jokowi dan para menterinya.Saya ingat banget, sosok yang saya kagumi, Prof Mahfud MD berkata bahwa virus Corona tidak bisa hidup di iklim Indonesia.Faktanya? tak berapa lama setelah itu kasus pertama Corona ditemukan di Jawa Barat.Lalu kasusnya meledak di Jakarta.

Kelalaian Indonesia persis seperti yang dialami Amerika.Memang kesalahan itu tak lepas dari tidak profesionalnya WHO.Oleh karena itu saya setuju langkah Presiden Donald Trump yang memilih keluar dari lembaga kesehatan dunia itu.Karena memang saya melihat WHO tidak transparan dan terkesan menutup-nutupi virus ini dengan tetap memberi rekomendasi penerbangan internasional.

Tapi terlepas dari rekomendasi WHO, harusnya Indonesia bisa lebih tanggap karena memiliki duta-duta di luar negeri.Juga punya intelejen, terlepas dari itu jadi jobdesk intelejen atau tidak.Yang mau saya katakan, Indonesia sebagai negara besar punya banyak perangkat untuk mengantisipasi pandemi ini.

Tapi faktanya Indonesia terlambat mengantisipasi dan malah meremehkan pandemi ini.Cukup angkuh melihat pemimpin kita menanggapi virus ini.Setelah terlambat, langkah yang diambilpun terkesan plin plan dan ceroboh.

Misalnya, saat covid19 sudah menyebar, Jokowi masih melarang kepala daerah melakukan lockdown.Memang bisa saja lockdown yang dilakukan kepala daerah prematur dan tidak tepat.

Tapi ada kesan bahwa pemerintah pusat masih memprioritaskan ekonomi dan masih perlu diyakinkan bahwa virus ini berbahaya.Ibarat bek yang hanya menonton striker menggiring bola lalu menceploskan bola ke gawang, begitulah sikap pemerintah pusat waktu itu.Walaupun ujung-ujungnya dilakukan PSBB sebagai alternatif yang dianggap lebih pas dibanding lockdown.

Tetap saja langkah itu saya nilai terlambat.Harusnya begitu isu corona merebak, lakukan PSBB atau apapun istilahnya yang membatasi ruang gerak masyarakat.Karena telat mulainya, maka telatlah pemulihannya.Sekarang semua aktivitas ekonomi mulai dibuka, termasuk bioskop yang menurut informasi akan mulai buka per tanggal 29 juli 2020.

Demikian juga dengan pelarangan mudik yang dilarang, tapi pulang kampung boleh.Walaupun memang dalam kondisi kemarin ada perbedaan makna dari dua kata tersebut.Pulang kampung lebih ke orang yang kehilangan mata pencaharian di kota karena corona, lalu daripada tidak bisa makan, memilih pulang ke kampungnya.

Kalau mudik lebih kepada tradisi lebaran.Untuk hal ini, tak ada urgensinya masyarakat harus merayakan idul fitri di kampung.Jadi memang beda.Tapi tetap saja pembatasan antara keduanya dirasa kurang jelas.Sehingga banyak kejadian yang mudik tetap diperbolehkan melewati perbatasan menuju kampungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun