Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menghitung Rasio Menulis Kita

22 September 2018   11:03 Diperbarui: 15 April 2019   15:23 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini hanya sedikit cerita tentang apa yang terjadi saat saya terlalu lama tak membaca.

Jadi ceritanya karena berbagai kesibukan dan timbulnya rasa malas yang sangat, sudah beberapa bulan ini saya tidak pergi ke toko buku, tidak membeli buku, apalagi membaca buku. Sesekali saya membaca berita terkini di media online, kalau membaca status teman di media sosial sih sudah saya kurangi.

Selain sesekali membaca media online, saya juga menonton video-video menarik di youtube. Awalnya sih biasa saja, tapi masalah baru muncul saat saya ingin menulis sesuatu di Kompasiana.

Saya yang biasanya bisa mengalirkan kata demi kata, mendadak stuck. Seperti tak ada hal yang bisa saya tulis. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman pribadi saya belakangan ini, ada beberapa hal yang akan kita alami saat kita tidak membaca (terutama membaca buku).

Salah satunya adalah linglung, ini yang saya alami. Target nulis tiga artikel sehari, tapi boro-boro tiga artikel, sebaris judul saja gak bisa terselesaikan. Padahal sebenarnya topik yang lagi hits banyak. Tapi kenapa saya tak bisa menuliskannya?

Prediksi saya karena otak saya menjadi kering. Ternyata, kekurangan informasi yang diserap secara literatur bisa membuat otak kekurangan imajinasi.

Tanpa imajinasi tentu saya akan kesulitan melahirkan prediksi, tanpa kemampuan analitis yang satu ini, saya merasa kesulitan mengupas suatu permasalahan. Kondisi ingin menulis, duduk di depan komputer, tapi ide tak kunjung muncul, adalah penderitaan bagi semangat yang ingin terus produktif.

Mungkin ada yang mikir kalau dampak dari kurang membaca ini hanya pada pikiran yang menjadi miskin dengan ide. Salah besar! Dorongan ingin produktif yang dibarengi dengan miskinnya imajinasi serta gagasan, itu berdampak pada energi di dalam tubuh untuk menghasilkan tulisan. Disinilah bibit-bibit frustasi bisa menghancurkan karir kepenulisan.

Mungkin bahasa saya agak didramatisir, tapi memang iya loh. Saat saya tak membaca, saya merasa ada yang tak beres dengan diri saya. Mungkin setiap orang beda-beda ya. Tapi yang saya lihat, sekalipun mereka yang ahli dalam satu bidang, lebih menarik mendengarkan atau membaca tulisan yang orangnya itu berwawasan luas.

Kalau dia berwawasan luas artinya ya dia suka membaca atau mengupdate informasi sesuai dengan bidang yang dia tekuni. Yang ahli tapi berwawasan sempit jatuh-jatuhnya hanya bisa bikin tutorial dalam membagikan ilmunya, sedangkan yang ahli dan paham perkembangan dunia yang dia tekuni, tak hanya bisa ditanya tentang persoalan teknis, dia juga lebih bisa untuk diajak berkonsultasi.

Saya pernah belajar tentang kunci keberhasilan seorang sales. Banyak tenaga penjual fokus dan dipusingkan dengan aktivitas menjual. Pikirannya dihabiskan untuk memikirkan kepada siapa lagi dia harus menjual. Padahal seharusnya, sebagai seorang sales kita harus fokus pada bahan bakunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun