Mohon tunggu...
Togar Arifin Silaban
Togar Arifin Silaban Mohon Tunggu... ASN -

Life is easy when you make it easy.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjernihkan Danau Toba dalam Jangka Panjang

31 Agustus 2016   09:15 Diperbarui: 31 Agustus 2016   14:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kawasan Danau Toba telah ditetapkan menjadi salah satu destinasi pariwisata utama Nasional. Tidak tanggung-tanggung, setelah penetapan itu, setidaknya sudah dua kali Presiden Jokowi mengunjungi Kawasan Danau Toba (KDT), selain itu Wakil Presiden juga sudah ke Danau Toba. Kalau Menteri, mungkin sudah jauh lebih sering.  Selain kunjungan pejabat tinggi negara, sudah dibentuk pula Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba.

Penetapan Kawasan Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata tentu maksudnya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah ini. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, diharapkan meningkat pula taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan. Tuhan menganugerahkan kondisi geografi yang luar biasa di kawasan Danau Toba. Alamnya begitu indah, lembah, gunung, danau seolah dirangkai menjadi suatu lukisan yang amat menawan. Tidak salah kalau ada orang yang mengatakan Kawasan Danau Toba adalah kepingan surga.

Peningkatan kunjungan wisata ke KDT tentulah tidak serta merta terjadi begitu saja, kalau tidak ada upaya, kalau tidak ada usaha supaya kawasan ini menarik bagi wisatawan. Turis datang ke KDT kalau ada suatu yang menarik untuk dilihat, indah dan enak untuk dinikmati, hebat untuk dikenang, dan bagus untuk diceritakan kepada orang lain. Dan pesona utama KDT adalah keindahan alam yang luar biasa.

Danau Toba, yang kata para ahli geologi terbentuk dari letusan vulkanik sekitar 75 ribu tahun lampau, mempesona karena gunung yang indah disertai air danau yang jernih seperti kristal. Saya ingat betul ketika masa anak-anak saya lebih dari 35 tahun lalu, air Danau Toba seperti cermin, jernih, bersih dan terasa segar. Kalau berenang di Danau Toba, airnya yang jernih itu tak masalah kalau diminum langsung. 

Sayangnya sekarang kondisi air Danau Toba sudah sangat berubah, terutama sejak dikembangkannya Keramba Jaring Apung (KJA). Budidaya ikan di Danau Toba dilakukan secara besar-besaran, nyaris tidak ada pengendalian yang berarti. Budidaya ikan sebenarnya sah-sah saja, karena itu menjadi usaha orang untuk mendapatkan penghasilan. Ikan yang dipanen dari Danau Toba bisa dijual, malahan sebagian diekspor ke luar negeri. Tentu banyak orang yang mendapatkan keuntungan dari budidaya ikan di Danau Toba. Keramba Jaring Apung merupakan sumber penghasilan masyarakat.

Ribuan Keramba Jaring Apung (KJA) membawa akibat yang sangat besar bagi kualitas air danau. Untuk sekedar tau saja, ikan yang jumlahnya jutaan itu dipelihara dengan memberi pakan buatan. Sebagian (mungkin sebagian besar) pakan itu tidak habis dimakan oleh ikan, lalu mengendap di dasar danau. Dengan proses alamiah pakan yang mengendap itu berubah menjadi limbah yang menumpuk dan menghabiskan kadar oksigen yang terdapat dalam air. Sudah tentu jutaan ikan itu juga menghirup oksigen dari dalam air dan kemudian membuang limbah CO2 ke dalam air.

Karena begitu banyaknya limbah ikan yang menumpuk dalam air danau, sehingga kadar oksigen dalam air menipis secara luar biasa, akibatnya beberapa waktu lalu, ikan yang terdapat dalam ribuan keramba di Danau Toba megap-megap kehabisan oksigen lalu mati secara bersamaan. 

Lalu apa hubungan antara ikan mati dengan kunjungan wisata di Danau Toba. Ya jelas ada, malahan hubungan itu sangat erat. Ikan mati dan ikan hidup di Danau Toba menyebabkan air danau menjadi keruh, kurang oksigen, dan menampung bahan yang bisa beracun dari sisa pakan. Bahan beracun itu biasanya berupa amoniak, yang merupakan hasil dari reaksi kimia antara sisa pakan yang membusuk. 

Air danau yang keruh, kurang oksigen merupakan promosi buruk bagi wisata. Tidak ada wisatawan yang mau mendatangi danau yang airnya bau amis, dan kotor, itu sudah pasti. Buat apa orang menghabiskan uang kalau cuma mau melihat air danau yang tidak alami. Siapa yang mau jauh-jauh pergi ke Danau Toba kalau cuma ketemu air yang keruh?

Lha, kalau sekarang sudah terlanjur kotor bagaimana? 

Itulah sebabnya banyak pihak meminta agar Keramba Jaring Apung dihapuskan dari Danau Toba. Keramba Jaring Apung dianggap sebagai bencana yang merusak kualitas air Danau Toba. Secara teknis tuduhan itu ada benarnya, karena limbah peternakan ikan yang jutaan ton itu mencemari danau tanpa ada yang mengawasi. Saban hari limbah terus bertambah, dan limbah itu menumpuk dari hari ke bulan, dan tahun, hingga jumlahnya sangat banyak. Memang ada limbah yang terurai secara alamiah, tapi proses alamiah itu sangat kecil, dan tak mampu mengolah limbah perikanan yang terus menumpuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun