Mohon tunggu...
Togar Sianturi
Togar Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - Direktur

SolusiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hanya Ada Satu Allah

15 Maret 2018   08:34 Diperbarui: 15 Maret 2018   09:34 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di masa Perjanjian Lama bangsa-bangsa lebih terbentuk oleh karena mereka menyembah dewa atau ilah yang sama. Jadi ada semacam ilah nasional yang disembah oleh seluruh bangsa itu. Karena itu setiap peperangan bukan hanya peperangan antar bangsa-bangsa tetapi juga merupakan peperangan antar dewa-dewa yang disembah oeh bangsa-bangsa itu. Lalu bayangkan Abraham dan keturunannya yang hanya segelintir orang hingga 4 generasi berikut. 

Ketika Yakub akhirnya mendatangi Yusuf ke Mesir, seluruh keturunannya hanya berjumlah 70 jiwa. Dan bangsa kecil ini membuat klaim bahwa Allah mereka, YHWH, adalah Allah di atas segala ilah, Dia adalah satu-satunya Allah yang benar, Dialah Pencipta dan sekaligus Pemelihara alam semesta. Artinya Allah orang Israel sebenarnya adalah Allah dari semua umat manusia dan mereka yang tidak mengakuiNya adalah jiwa-jiwa yang tersesat.

Allah yang disembah orang Yahudi tidak eksklusif hanya milik mereka sendiri, Allah itu hendak menyelamatkan semua manusia, semua bangsa-bangsa. Tugas orang Israel semestinya adalah memperkenalkan Allah itu kepada semua orang melalui cara hidup mereka serta pemberitaan mereka. Tetapi dalam cara hidup saja mereka sudah sangat bermasalah, lalu bagaimana pula lagi mereka dapat memberitakanNya kepada bangsa lain? 

Allah tidak memusingkan jumlah umatNya dari awal, Dia hanya mau umat yang setia beriman padaNya seperti Abraham, Ishak dan Yakub. Dalam hal iman sajapun orang Yahudi sudah tersandung, mereka selalu berpikir tentang hukum Taurat mereka melebihi iman, mereka sangat salah. Allah membenarkan Abraham karena imannya. Allah telah membebaskan mereka lebih dahulu dari Mesir sebelum memberi mereka Hukum Taurat, tetapi mereka menjadi sangat legalistik dengan hukum mereka hingga akhirnya faktor Allah terkesampingkan.

Paulus meluruskan lagi paham tentang Allah yang satu dan cara penyelamatan yang satu. "Allah bukan hanya Allah orang Yahudi, tetapi juga Allah orang yang bukan Yahudi. 30 Hanya ada satu Allah. Ia yang akan membenarkan orang Yahudi di hadapan-Nya melalui imannya. Dan Dia juga membenarkan orang yang bukan Yahudi di hadapan-Nya melalui imannya. Roma 3:29-30 (VMD)." Hari ini jumlah orang Yahudi atau jumlah orang yang beragama Kristen bisa jadi sangat banyak, tetapi satu-satunya Allah itu tidak tergiur oleh jumlah itu. Dia lebih tertarik untuk membenarkan baik orang Yahudi maupun non Yahudi melalui iman mereka.

1. SATU-SATUNYA YANG MENGGIURKAN ALLAH DALAM MANUSIA ADALAH IMANNYA

Apakah yang kita sedang kumpulkan dan berusaha tumpuk untuk menyenangkan hati Allah? Sebagian orang berpikir harta mereka dapat menyenangkan hati Allah atau banyaknya jumlah pelayanan yang mereka kerjakan. Bukannya hal itu tidak diperlukan tetapi seberapa percaya kita, seberapa taat kita kepada Allah lebih penting bagiNya. Belajarlah dari Abraham bagaimana kita bisa memiliki iman dan mengimplementasikan iman kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik sekali untuk kita mengambil waktu memelajari kehidupan Abraham dari kitab Kejadian, evaluasi iman kita dan bertobatlah!

2. JUMLAH PENTING TAPI TIDAK PERNAH MENJADI YANG TERPENTING BAGI ALLAH

Allah tetap dapat berjaya dengan sedikit orang seperti bagaimana Yusuf menjadi pemimpin tertinggi dan menjadi penyelamat bagi negara adikuasa seperti Mesir bahkan seluruh bangsa pada masa itu. Allah tetap mendambakan manusia ciptaanNya datang padaNya, mengakui dan menyembahNya, tetapi sekali lagi bagi Allah tidak bernilai sama sekali jumlah yang sangat banyak tetapi tidak ada iman. Dalam komunitas kita, periksalah manakah yang lebih kita utamakan, jumlahkah atau kualitas iman, tingkat pengaruh dan kekayaankah atau sekali lagi iman yang hidup?

3. SEMBAHLAH ALLAH SEBAGAI SATU-SATUNYA ALLAH, JANGAN ADA ILAH LAIN

Jika Dia adalah satu-satunya Allah yang kita tahu dan kita akui, maka kita tidak akan pernah mencoba atau membagi penyembahan kita kepada yang lain. Bedanya dengan jaman dulu adalah bentuk ilah yang disembah itu, dulu dalam bentuk dewa-dewa atau arwah nenek moyang, sekarang dalam bentuk yang modern seperti uang, jabatan atau reputasi. Allah tidak pernah mau diduakan.

Bapa, Engkaulah satu-satunya Allah yang saya sembah, terimalah seluruh penyembahan dan pemberian diri kami. Amen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun