Mohon tunggu...
Togar Sianturi
Togar Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - Direktur

SolusiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Terlalu Takut untuk Takut, Ketakutan Adalah Bagian dari Pertobatan Kita

13 Maret 2018   05:58 Diperbarui: 13 Maret 2018   06:07 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia itu sangat jahat, sejak kitab Kejadian sudah dicatat bahwa kecenderungan hatinya adalah berbuat jahat. Manusia lebih otomatis dalam melakukan kejahatan dan seperti transmisi manual dalam melakukan kebenaran. Paulus mengungkapkan dalam Roma 3:10-18 semua kejahatan manusia, ia mengutip dari berbagai Mazmur dan perkataan nabi Yesaya. 

Kejahatan manusia bermula dari hatinya, kerongkongannya, lidahnya, mulutnya, kakinya bahkan segala perbuatan dan jalan-jalannya. Sedemikian rupa ia ungkapkan sebagai argumentasi terhadap orang Yahudi yang merasa diri mereka benar di hadapan Allah. Pesan ini sangat relevan bagi kita agar, pertama, kita sungguh sadar betapa jahatnya kita di hadapan Allah. Kedua, sadar bahwa segala usaha dan perbuatan baik yang kita lakukan tidak sanggup untuk membenarkan kita.

Memang sangat celaka bagian orang yang self-righteous, mereka merasa bahwa mereka di pihak Allah tapi Allah tak pernah merasa demikian. Mereka hanya bertepuk sebelah tangan sebab pada kenyataannya, "Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu. Roma 3:16-18." Karena begitu kelamnya hati mereka hingga mereka tak mampu memahami apa yang terjadi di dalam. Mereka menyombongkan kegiatan mereka untuk Tuhan padahal takut akan Tuhan tidak ada pada mereka sebab mereka melakukan semua menurut pengertian mereka sendiri.

Saya takut bahwa pada kenyataannya kita termasuk ke dalam kategori orang-orang di atas atau supaya tidak terlalu melebih-lebihkan kita seperti mereka itu dalam area tertentu hidup kita. Kita menjadi congkak dan menolak ajaran yang benar, kita menjadi picik di bawah tempurung kita yang sangat minimalis itu. 

Kelihatannya tipuan terbesar Iblis yang efektif dalam generasi kita adalah betapa banyaknya orang merasa yakin dengan keselamatannya namun ternyata nama mereka tidak terdapat dalam buku kehidupan Allah. Bukan untuk menakut-nakuti kita, tetapi kita harus menge-check dan recheck hal terpenting ini kepada kebenaran Allah, dan kalau itu sepertinya agak bikin takut, itu tidak hanya normal tapi itu baik juga. Ingatlah bahwa ketakutan adalah bagian dari pertobatan kita (2 Korintus 7:11), jadi jangan terlalu takut untuk takut!

1. PERIKSA MULAI DARI HATI SAMPAI JALAN-JALAN KITA

Banyak orang tak mau membahas dosa mereka, katanya mereka justru akan semakin berdosa nantinya. Memang banyak penyakit tidak akan ketahuan kalau kita tidak mau periksa laboratorium, tetapi itu kan seperti api dalam sekam atau bom waktu yang ketika sudah meledak maka kita sudah terlambat mengetahuinya. 

Periksalah jalan-jalan dan relung-relung hati kita, ijinkan firman Tuhan menguji setiap langkah dan motivasi kita. Jika kita cukup rendah hati, maka firman kudus dan Roh Kudus serta orang-orang kudus akan dengan senang hati membantu mengungkapkannya kepada kita.

2. SIBUK MENGURUSI PERTOBATAN PRIBADI KITA, JANGAN MELULU URUSI DOSA ORANG LAIN

Benar bahwa kita harus membantu orang lain masuk ke dalam Kerajaan Allah, tetapi itu hanya berguna jika kita memastikan bahwa diri kita sudah dan terus berada dalam Kerajaan tersebut. 

Jangan menjadi seperti orang di terminal bus angkutan umum yang terus memanggil dan menaikkan orang lain ke dalam bus tetapi ia sendiri tetap tinggal di terminal itu dan tak pernah naik bus. Luangkan waktu untuk mengurusi dan membereskan dosa-dosa kita; mengakuinya dan bagaimana kita meninggalkannya. Hanya orang kudus yang bisa efektif menjangkau  dan membawa orang lain kepada kekudusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun