Mohon tunggu...
Tofik Pram
Tofik Pram Mohon Tunggu... Jurnalis - Warga Negara Biasa

Penulis dan editor konten lepas http://tofikpr.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Minder, kok, Dipelihara...

7 Oktober 2020   09:25 Diperbarui: 7 Oktober 2020   09:44 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin jamak orang tahu kalau "investasi modal asing" itu kesannya konotatif. Biasanya nggak jauh-jauh dari soal "kerusakan lingkungan", "eksploitasi tenaga kerja", "manipulasi pajak", bahkan "hilang kedaulatan". Tapi Indonesia ini, sudah tahu bakalan begitu, terus-terusan membuka pintu selebar-lebarnya buat penanaman modal asing. Ya, bekerja sama dalam konteks pasar dunia sih boleh-boleh saja. Tapi, mbok ya ada harga dirinya gitu lho...

Konflik dengan investasi luar negeri seolah tidak ada habisnya. Terutama soal tambang dan pengelolaan industri starategis lainnya. Bahkan, kalau tidak salah, dalam RUU Ciptaker/Omnimbus Law itu sekarang kapal bendera asing boleh berbelanja ikan secara swalayan di perairan Indonesia ya? Wah, enak bener... Lautan kita bakal ramai warna-warni bendera dari berbagai negara. Seperti karnaval 17-an. Dan nelayan lokal hanya duduk manis di tepi laut menonton.

Di bidang-bidang tertentu yang sifatnya strategis, kita sering menggunakan tenaga asing sebagai "tenaga ahli" yang semua masukannya dijadikan dalil utama untuk mengambil sebuah keputusan. Untuk pengembangan industri pertambangan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan, negara ini menggunakan tenaga ahli dari luar negeri. 

Seolah-olah yang bisa itu hanya orang dari luar negeri atau jebolan luar. Lha terus, apa fungsinya kita memproduksi SDM-SDM dalam kampus-kampus kita---yang konon kualitasnya makin ke sini semakin bagus ini? Bukankah kita punya ITS, ITB, IPB, dan banyak sekali jurusan teknik di kampus-kampus negeri maupun swasta?

Kenapa bisa begitu? Biasanya, dalil para pengambil keputusan itu begini: "Kita harus belajar teknologi dari luar negeri. Maka dari itu, tenaga ahli didatangkan agar anak-anak negeri bisa belajar dari mereka."

Nah, kalau memang benar-benar belajar, bukankah seharusnya sekarang kita sudah terampil? Sejak Indonesia (katanya) merdeka, Presiden Pertama RI Sukarno sudah mengirim putra-putra terbaik ke luar negeri---waktu itu terutama negara-negara aliansi Timur---untuk mempelajari teknologi mereka. Dan setelah Pak Harto berkuasa, kita juga sudah sering "tukar ilmu" dengan orang-orang Barat. Tukar ilmu ini juga diteruskan oleh presiden-presiden setelah mereka, hingga zamannya Jokowi ini.

Selama 75 tahun kita belajar teknologi dari luar negeri, baik Barat maupun Timur, apa yang kita dapat? Bukankah dalam rentang waktu belajar selama itu, seharusnya kita sudah "lulus", lalu bisa mandiri secara ilmu pengetahuan, pembangunan sumber daya manusia, dan teknologi? 

Tapi, kenapa negara ini selalu "merasa tertinggal", sehingga sampai sekarang masih sangat tergantung pada asing dan masih sangat membutuhkan investasi dari mereka? 

Apakah kita tidak belajar, minimal belajar kemandirian dari luar negeri? Negara-negara tempat kita menimba ilmu sudah bisa mandiri, kok. Lalu, apa yang kita pelajari dari mereka, hingga kita belum bisa mandiri dan terus-terusan "nggandoli" asing?

Kenapa mindset "kita selalu tertinggal dari negara-negara maju" dipelihara terus sampai sekarang? Ya, ini masalahnya: Mindset! Kalau meminjam bahasa budayawan Sujiwo Tejo, kita ini bangsa yang minder. Bukannya kita tidak punya keterampilan. Kita punya. Hanya saja, kita minder. Tidak berani maju. Merasa inferior. Mental inilah yang seharusnya direvolusi, kalau Jokowi mau serius dengan 'Revolusi Mental'. Mental-mental minder inilah yang menghambat anak-anak negeri tidak juga berkembang.

Kita punya sejarah yang besar, sejak zaman Sriwijaya, Singasari, hingga Majapahit. Banyak negara-negara yang sekarang disebut negara maju ini dulu belajar teknologi di sini. Di saat negara-negara maju dulu baru mampu bikin alat musik berupa gitar yang terbuat dari kayu, kita sudah bisa memproduksi gong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun