Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jual Ikan Beli Beras

11 Januari 2023   17:56 Diperbarui: 11 Januari 2023   17:58 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap insan tidak mengetahui secara pasti jalan hidup yang akan ia jalani. Seperti apa namun yang pasti jalan kehidupan itu sudah diatur yang kuasa. Begitupun saya. Setelah menamatkan pendidikan di SMK Bina Karya Larantuka tahun 2014 saya melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Namun sebelumnya dua tahun saya membantu orang tua dalam hal ini bekerja kebun karena saat itu Bapak Antonius A. Ruron masih sakit.

Saya kuliah di Universitas PGRI program studi Bimbingan dan Konseling. Dua tahun saya beraktivitas sebagaimana mestinya sebagai seorang mahasiswa. Selain itu saya juga mengikuti dan terlibat di beberapa organisasi kemahasiswaan antara lain, Api Reinha Larantuka di Kupang, PMKRI Kupang, IKMAL, BEM dan organisasi dari satu kecamatan di Alor.

Kota kupang adalah kota kasih.. Dan setelah mengikuti perkuliahaan saya mengenal seorang gadis Timor Kefa, Esterlina Naitonis namanya. Hubungan kami pun perlahan erat layaknya kota kasih yang selalu menebarkan benih benih cintanya.

Kekuatan cinta kami tak terbendung. Dan kami mengikat kasih kami walaupun secara ilegal yg saat itu tidak diketahui oleh kedua orang tua kami berdua baik di Lamatou Flores Timur maupun Unab Kefamenanu.

Esterlina Naitonis yang sekarang adalah istri saya mengandung anak pertama kami. Selama ia mengandung anak kami, suasana batin kami berdua begitu gelisah. Gelisah dengan situasi dan pertanggungjawaban akan seorang anak yang sementra mengikuti kuliah oleh orang tua dan benih yang ada dalam kandungan Esterlina.

Kami berdua tetap memberi motivasi untuk tetap kuat dan selalu tabah. Nasi sudah menjadi bubur. Apapun itu tetap dihadapi. Kondisi kami berdua kian menghimpit. Antara biaya hidup di kos dan kesiapan batin.

Melihat kondisi dan ada perasaan bersalah pada orang tua, saat itu saya tidak meminta uang makan atau sejenisnya. Saya berjanji pada diri saya sendiri untuk bisa mandiri tanpa harus mengharapkan kiriman dari orang tua. Jadi segala bentuk pekerjaan saya jalani. Mulai dari mengumpulkan kertas untuk ditimbang, botol bir, anggur dan kaleng sprite maupun fanta untuk dijual. Bahkan membersihkan parit di pasar inpres Naikoten Kupang hingga menjual ikan. Segala bentuk perkerjaan saya lakukan yang penting halal.

Tiga bulan saya menekuni dalam hal jual ikan. Pagi jual ikan sore kuliah. Suka cita mewarnai. Hari pertama menjual ikan, seribu rasa hadir menyerbu kalbu saya. Antara tekanan, rasa minder dan lainnya. Semuanya larut dalam hati namun demi benih yang ada dalam kandungan dan istri saya, saya wajib kerja. Malam hari sebelum keesokan harinya saya menjual ikan, bersama esterlina kami berlatih untuk intonasi/penekanan kata dengan kalimat "Jual Ikan"..jujur bahwa untuk jual ikan seumur hidup saya baru saya jalani.

Esterlina menangis ketika saya memikul bakul ikan dan menjual di seputaran Oepura Kota Kupang. Apabila pagi hari ikannya tidak terjual habis maka di sore hari saya bersama dengan teman-teman penjual ikan menjajahkan di pinggiran jalan umum.

Semua aktivitas yang ditekuni tujuan adalah bagaimana bisa mengisi kekurangan/ memenuhi kebutuhan harian maupun persiapan kelahiran buah hati kami Iren Ruron. Semuanya demi cinta.

(Tobias Ruron)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun