Mohon tunggu...
Toat Mucharif
Toat Mucharif Mohon Tunggu... Profesional -

Mengembalikan hidup ke asalnya yang sederhana....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namanya Pitri

6 Maret 2019   14:41 Diperbarui: 6 Maret 2019   15:06 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinar matahari masuk ke rongga jendela yang tak tertutup kain goden. Vitamin D yang kata Pak Guru dulu menyehatkan badanpun ikut merangsuk masuk ke rongga kulit yang masih terbujur kaku setengah sadar. Tiba-tiba suara setengah tidak nyaring yang tidak asing mengagetkan setengah sadarku, hingga terpaksa aku bangun. Terpaksa pula, aku bangun untuk mandi, tidak lupa menggosok gigi, meski aku lupa menolong ibu membersihkan tempat tidurku untuk terus sarapan pakai handuk kumal yang masih melekat dibadanku.

Seperti biasa, hari Sabtu hari terakhir sebelum hari libur ini aku berangkat sekolah untuk menuntut ilmu sambil berusaha untuk menggapai mimpiku yang lain, menarik hati bunga cintaku Si Pitri Gadis Cantik dari  Negeri Kang Guru.

Sepeda BMX kumal yang ga tahu tahun berapa dibuat, aku naiki dengan setengah semangat, karena setengahnya kau males sekolah dan setengahnya aku kangen Si Pitri. Gerimis yang dari semalam membasahi aspal menemaniku dalam goyangan kaki yang masih bertenaga. Canda gurau dengan teman-teman seperjuangan nelupakan jarak yang hampir 5 km aku tempuh tiap hari. Karyono, jago kelas yang selalu bersemangat selalu aku goda sepanjang perjalanan hingga tak terasa telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan aku dan teman-temanku ke depan pintu gerbang sekolah, yang menyenangkan, menegangkan, berdaulat, adil dan makmur.

Sepedaku ku parkir persis dibelakang kelasku dan persis disamping sepeda Si Daonah, teman sekampung Pitri yang kalo Pitri nolak, mau ga mau aku beralih ke dia. Kulihat ke kanan, ke kiri dan kedepan, mencari cari sepeda kuning tanpa boncengan Si Pitri yang aku hafal banget coraknya. Aku galau, sepeda itu ga aku temukan, setengah kecewa takut Si dia ga masuk sekolah. Sok kuatir juga, apa dia sakit?

Namun, jawaban langsung aku terima ketika aku lihat di jendela wajah cantik pujaanku berlari teriak digodain Si Parjo yang berdasarkan informasi yang aku terima dan belum aku klarifikasi kebenarannya, juga naksir gadis pujaanku.

Setengah lega dan setengah semangat, aku masuk kelas, aku taruh tas kumal buatan Bapakku dari kantung tepung tapioca berisi buku-buku pelajaran hari ini. Seingatku ada biologi, PMP, Fisika dan Bahasa Inggris. Baru seketika aku naruh tas, Si Daonah teriak-teriak bahwa hari ini aku piket Bersama dengan Indah, Anita, Karso, Atmo dan Si Cici, cewek bohay keibuan yang selalu menjadi inspirasiku mencari calon ibu buat istri Bapakku. Yah....terpaksa ku ambil sapu untuk membersihkan tempat tidurku, eh...maaf, tempat belajarku.

Sejenak setelah selesai membersihkan kelas, lonceng berbunyi, padahal aku belum sempat bersapa dengan Pitri, apa boleh buat aku duduk di kursi bersanding dengan Karyono yang menjadi partner belajarku.

Hari ini pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris, Bapak Aris yang cakep, yang apabila aku cewek udah taksir dan apeli setiap malam minggu, mengajar aku dan teman-temanku hari ini.

"Good morning.....", sapa beliau begitu masuk kelas.

"Good morning, Sir.....", sapa sapa murid -- murid pula.

Beliau mengajar Bahasa Inggris hari, soalnya beliau kan Guru Bahasa Inggris. Pelajaran berjalan dengan seperti biasa, tanpa ada hal-hal yang istimewa, karena bagiku yang paling istimewa adalah cewek berambut setengah panjang yang duduk persis dua meja didepan kanan disamping Daonah. Mataku tak luput dari memandangnya, sesekali Karyono menggodaku, namun aku pantang untuk mengibarkan bendera putih meski hanya sekedar pandangan, aku gam au melwatkan momen-momen berharga seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun