Mohon tunggu...
Tjitjih Mulianingsih Ws
Tjitjih Mulianingsih Ws Mohon Tunggu... Guru - Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Ibu Memiliki Arti Memilih Menjadi Pejuang

2 Januari 2019   20:08 Diperbarui: 2 Januari 2019   20:24 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.konfrontasi.com

Hari ini di sela istirahat siang, saya menonton berita TV. Dalam berita tersebut diceritakan seorang ibu yang menjenguk rekannya sambil membawa shabu.  Shabu disimpan atau diselipkan di sepatu anaknya yang diajak ikut serta membesuk rekannya di lembaga pemasyarakatan. Singkat cerita di akhir tayangan di tampilkan ibu itu menangis sambil memeluk putrinya yang tak tahu apa-apa. Melihat sang ibu menangis putrinya tentu saja ikut menangis.

Pada saat menonton berita tersebut tak terasa saya ikut meneteskan air mata pula, mengingat nasib putrinya nanti jika sang ibu mendekam di penjara. Miris sekaligus sedih melihat tindakan yang dipilih si ibu untuk hidupnya.

Buat saya sebagai perempuan dan ibu dari 4 orang anak, rasanya pilihan ibu tersebut adalah pilihan frustasi.  Seorang ibu haruslah menempatkan keselamatan anak-anaknya di atas segalanya.

Bagi beberapa perempuan tertentu yang diberkahi keluarga yang bahagia dan suami yang baik dan bertanggung jawab mungkin tidak terpikirkan mengapa hal itu bisa terjadi.  Mereka aman dalam perlindungan.

Pengalaman hidup mempertemukan saya dengan perempuan yang kurang beruntung dalam hidupnya. Para perempuan yang berjuang untuk keluarga dan anak. Mereka pada umumnya single parent atau perempuan yang memiliki suami tetapi suaminya tidak bertanggung jawab atau tidak peduli dengan kelangsungan hidup keluarga.

Para perempuan ini tidak menyerah, mereka berjuang membanting tulang agar anak-anak mereka dapat hidup dan bersekolah dengan layak.  Salah satu contohnya adalah dahulu kami memperkerjakan seorang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah kami sambil menggendong anaknya yang masih berusia batita. Dia tidak menyerah, tak sedikitpun melakukan tindakan yang menjerumuskan dia dan anaknya. Tidak pula mengemis.

Saya juga sering melihat para ibu yang berkeliling perumahan sambil menggendong anak berjualan makanan ringan.  Semuanya dilakukan hanya untuk kesejahteraan anak-anak mereka. 

Pada akhirnya menjadi perempuan adalah takdir sedangkan menjadi ibu adalah pilihan.  Jika sudah memilih menjadi ibu, maka seorang perempuan artinya sudah memutuskan penjadi pejuang bagi putra-putrinya. 

Seorang ibu ketika akan melakukan tindakan maka dalam benaknya ada dua hal yang biasanya dia pikirkan "dirinya dan anaknya". Sehingga dia akan amat hati-hati dalam bertindak.  Sehingga benarlah kata pepatah ketika memutuskan menjadi ibu maka itu mengandung arti sekaligus memutuskan menjadi pejuang.  Sebagai pejuang mestilah ibu tidak kenal kata menyerah.

Seorang perempuan ketika memutuskan menjadi ibu maka dia akan mengenali kekuatan yang ada pada dirinya yang tidak terbayangkan.  Seperti sebuah quote;

"Being a mother is learning about strengths you didn't had, and dealing with fears you didn't know existed." --Linda Wooten

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun