Ada Rumpun Melati yang ditanam berdampingan dengan sebatang Pohon Mangga di sebuah halaman yang cukup luas sebuah perumahan. Â Rumpun Melati yang sangat subur dengan bunganya yang harum mewangi menyapa pagi setiap hari. Â Di sampingnya sebatang Pohon Mangga yang selalu berbuah lebat memandangnya dengan terkagum-kagum tetapi kemudian memberikan senyum pada serasah daun mangga yang banyak berserakan di bawahnya.
"Mengapa kau tersenyum pada serasah?" Tanya Rumpun Melati keheranan.
"Pertanyaan aneh!" Jawab Pohon Mangga
"Kamu tak merasa mengapa harus berterima kasih pada serasah daunku?" Lanjutnya lagiÂ
"Dia sudah selesai dengan tugasnya bukan?" Rumput Melati menjawab pongah.
"Ah kamu masih tetap sombong!" Pohon Mangga menjawab dengan nada kesal. Â Batang pohon itu kemudian menggoyangkan daun-daunnya melampiaskan kesal. Tampak gagah sekali, kalau dia manusia mungkin sudah banyak gadis yang jatuh hati padanya.
Daun-daun mangga berguguran diterbangkankan angin jatuh berserak. Â Seperti biasa Pohon Mangga mengucapkan salam. Â Salam perpisahan
"Sampai jumpa lagi hijau daun." Sapanya pada daun-daun mangga yang gugur.
 Hari-hari terus berjalan. Kehadiran serasah daun mangga semakin banyak sehingga menutupi warna coklat halaman rumah.  Sepertinya tuan pemilik rumah sengaja melakukannya.  Pohon Mangga, Rumput Gajah dan Kemuning di sudut halaman tampak tak terganggu. Mereka bahkan bahagia dengan adanya serasah daun mangga. Hanya Melati yang tetap pongah, tak seperti yang lainnya dia tak mau menyapa serasah daun mangga.  Untuk apa, pikirnya.
Rumpun Melati berpikir dia tak butuh serasah apalagi jika itu berasal dari daun Pohon Mangga yang tumbuh di sampingnya. Â Ada rasa sakit yang menjalar ketika Rumpun Melati mengingat bagaimana mesranya Pohon Mangga jika sedang berbincang dengan serasah daun mangga.
Pada suatu pagi yang berangin. Â Ada bagian dari serasah daun mangga yang terbang ke arah Rumpun Melati karena digerakan angin.