Mohon tunggu...
Tjitjih Mulianingsih Ws
Tjitjih Mulianingsih Ws Mohon Tunggu... Guru - Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karawang di Mataku

17 November 2017   14:00 Diperbarui: 17 November 2017   14:07 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini tentang sebuah kota

Kelahiran dua permata

Yang padi udang adalah kebanggaan.

Terberkati oleh kasih Sang Dewi Pohaci

Kau akan melihat senyum  tulus para petani meski hanya ketimun  dan sebungkus nasi berbalut daun pisang yang disuguhkan di sela istirahat pinggir pematang sawah

Diwarisi tinggi ilmu dan keluasan hati yang bisa terlihat dari candi Jiwa tetapi karena garis maka jadilah sungai sungai beraliran darah dari para penduduk rawamerta yang menjadi korban penjajah Belanda

Disini letak benih perjuangan yang dimulai oleh para pemuda pelopor dengan proklamator

Rumah Soekarno  Rengas Dengklok adalah bukti

Kota kami seperti gadis yang senang bersolek

Bermake up gedung gedung tinggi, hotel dan mall

Gaya hidup anak anak kami bukanlah petani lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun