Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyimpangan Perilaku Sudah Dilegitimasi Masyarakat?

10 Februari 2017   07:45 Diperbarui: 10 Februari 2017   09:25 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: deposit.photos.com

Penyimpangan Prilaku Sudah Dilegitimasi Masyarakat ?

Semakin hari, sebanyak banyak penyimpangan perilaku yang terjadi di dalam masyarakat, dan yang sangat memprihatinkan adalah menyaksikan seakan penyimpangan prilaku itu seakan akan sudah mendapatkan legitimasi atau pembenaran dari masyarakat itu sendiri. Hampir setiap hari kita menyaksikan baik langsung maupun dengan menyaksikan dilayar televisi, serta membaca di berbagai media, betapa penyimpangan prilaku yang terjadi. Bukannya dicegah, malahan mendapatkan applause dari sebagian masyarakat. Seakan pelaku penyimpangan adalah sosok pahlawan. Betapa mengerikan hal ini,

Penyimpangan Prilaku

Baik yang menyangkut  penyimpangan sosial tentang  perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, ditinjau dalam berbagai sudut pandang, apakah  secara individu maupun  sebagai bagian dari harkat kemanusiaan yang bermartabat dalam berinteraksi dengan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai "tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat". (KBBI)

Walaupun sesungguhnya dalam  kehidupan bermasyarakat sudah ada tata krama dan kesantunan yang mengatur manusia bagaiamana seharusnya bertutur kata dan berprilaku, baik lisan maupun tertulis, namun kita saksikan bahwa semuanya seakan sudah tidak lagi ditaati?

Baik ucapan maupun perilaku yang dikedepankan, yang seharusnya menampilkan nilai-nilai dan harkat serta martabat kemanusiaan itu sendiri, semakin lama semakin kabur. Eksistensi norma dalam hidup bermasyarakat sudah meluntur atau terdistorsi oleh tuntutan keadaan. Seakan menunjukkan bahwa inilah sesungguhnya watak asli dari manusia itu sendiri, yakni:" yang penting adalah diri saya atau kelompok saya", Tanpa harus merasa perlu menghargai hak orang lain.

Kehilangan Jati Diri atau Memang inilah Jati Diri Kita yang Aslinya?

Sub judul ini terasa sangat tajam dan menusuk jauh kedalam hati kita, ketika kita merenungkan tentang jati diri bangsa Indonesia yang dikenal dunia sebagai "Bangsa yang ramah-tamah dan berbudi luhur"

Kemana menghilangnya "ramah tamah" dan kemana lenyapnya "budi luhur" dari sebagian masyarakat kita? Apakah memang kita sudah kehilangan jati diri sebagai bangsa yang ramah tamah dan berbudi luhur? Tentu tidak mudah untuk menjawabnya. Karena tidak mungkin dijawab "ya" karena akan terasa sangat melukai harga diri kita sebagai bangsa yang besar. Untuk menjawab "tidak" juga tidak pas karena apa yang sudah terjadi dan sedang berlangsung dalam kehidupan masyarakat tidak menunjang.

Jati Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun