Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sia Siakan Masa Muda

16 Juni 2025   05:43 Diperbarui: 16 Juni 2025   06:29 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Zona Kenyamanan Adalah Perangkap Tak Kasat Mata

Setiap insan berhak menenun makna hidupnya sendiri.
Tak seorang pun layak menggunting benang harapan dari hidup orang lain.
Namun, berbagi secuil kisah dari perjalanan hidup yang pernah ditempuh,
bisa jadi lentera bagi jiwa-jiwa muda yang tengah mencari arah.

Tak perlu jadi orang besar untuk membagikan pelajaran.
Tak perlu gelar, sorot kamera, atau ribuan pengikut.
Cukup pengalaman, cukup kejujuran,
dan kerendahan hati untuk berkata:
“Saya pernah jatuh, namun tak tinggal di bawah.”

Satu hal yang pasti:
Orang tua pernah muda.
Tapi orang muda, belum pernah tua.

Ali, Sahabat Lama yang Masih Berjualan Es Cendol

Namanya Ali (bukan nama sebenarnya.)
Kami dulu sama-sama merangkak di lorong sempit kehidupan,
di sebuah pasar kecil bernama Tanah Kongsi,
tempat mimpi digantungkan setinggi atap seng, dan harapan dibayar dengan keringat setiap pagi.

Ali berjualan lontong, pecel, dan es cendol.
Aku, hanya bermodalkan kelapa parut dan semangat tak hancur.
Kami saling sapa di tengah debu,
berteman derita, bersaudara dalam diam.

Lalu waktu berjalan.
Kami pindah. Ia tetap di sana.
Tahun lalu, bersama istri tercinta,
kami kembali ke tempat itu,napak tilas luka yang sudah sembuh.

Dan di sudut yang sama,
di balik gerobak tua yang kini mulai lapuk,
Ali masih di sana.
Tersenyum, menawarkan segelas cendol dengan tangan yang bergetar pelan.

Bukan profesinya yang membuat tertegun,
tapi pertanyaannya:
“Bagaimana ia bertahan hidup dengan penghasilan 20 ribu rupiah per hari?”

Jika sekadar membunuh waktu, mungkin tak mengapa.
Tapi jika itu sandaran hidup,
maka hidupnya pasti sedang berjalan di atas tali yang rapuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun