Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Ini Sebagai Ungkapkan Rasa Terima Kasih (Seri Keenam)

24 Mei 2025   19:50 Diperbarui: 25 Mei 2025   03:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Untuk Sahabat Sesama Penulis di Kompasiana

Sebait syukur kutorehkan dalam keheningan,
Untuk , sahabat-sahabat Kompasianer tercinta,
Yang telah menoreh warna dalam lembar perjalanan hidupku.
Puisi ini bukan sekadar untaian kata,
Melainkan pelukan batin yang menghangatkan jiwa
Dalam persahabatan, dalam kekeluargaan,
Dalam diam yang saling memahami.

Untuk Ananda Yana Haudy
Penjaga Kata, Penenun Rasa
Yana namamu serupa desir senja yang mengelus kalbu,
Dalam diam, mrrangkai makna yang menyentuh.
Setiap goresanmu adalah pelita,
Hangatnya tak lekang oleh musim yang berganti.
Jagalah selalu cahaya itu,
Karena tulisanmu adalah pelukan yang dirindu.

Untuk Ananda Nabigha Ajda Hendani
Lentera dalam Sunyi
Nabigha,  fajar yang membelah gulita,
Lembut tuturanmu adalah kidung yang menenangkan jiwa.
Kau hadir bagai benang emas dalam persahabatan,
Tak bersuara lantang, namun kesanmu mendalam.
Tetaplah bersinar lembut,
Sebab kelembutanmu adalah kekuatan yang langka.

Untuk Ananda Luna Septalisa
Bulan yang Menyinari Rasa
Luna, namamu seindah syair malam yang tenang,
Membawa damai dalam langkah yang terayun pelan.
Kau bukan sekadar teman perjalanan,
Tapi penerang di tengah sunyi yang panjang.
Teruslah menyinari semesta,
Sebab bulan pun punya peran di antara bintang-bintang.

Untuk Ananda Yuli Anita
Embun Pagi dalam Kehidupan
Yuli, dirimu seperti embun yang singgah di ujung daun,
Diam diam menyejukkan, tak perlu riuh untuk terasa.
Dalam keheningan, hadirmu nyata,
Setia menemani, tak perlu banyak kata.
Jagalah kelembutan itu,
Sebab dunia kekurangan hati yang peduli sepertimu.

Untuk Ananda Sisca Wiryawan
Peluk Kata dalam Waktu
Sisca, kisah-kisahmu adalah selimut hangat,
Mengajak kami berhenti sejenak dari hiruk-pikuk waktu.
Kau bukan hanya penulis,
Tapi penjahit makna yang menautkan hati-hati.
Teruslah menulis dengan cinta dan empati,
Karena itulah bahasa kasih yang tak lekang oleh zaman.

Untuk ananda Herlambang Saleh
Cahaya di Tengah Lintasan
Herlambang, langkahmu seperti karang yang tegar,
Teguh, bijak, dan memancarkan semangat yang menguatkan.
Persahabatanmu bukan basa-basi,
Melainkan tiang yang menyangga hari-hari.
Teruslah nyalakan inspirasi,
Karena langkahmu adalah arah bagi kami.

Untuk Ananda Nina Sulitiati
Penenang dalam Gelombang
Nina, namamu mengalir laksana arus tenang,
Dalam diam, membawa keteduhan bagi yang kepayahan.
Hadirmu seperti doa tak bersuara,
Yang diam-diam menguatkan, menyembuhkan luka.
Tetaplah menjadi penyejuk bagi dunia,
Karena kau hadir bukan untuk melukai, tapi mengobati.

Kita Bukan Sekadar Nama
Kita bukan hanya akun yang saling sapa,
Bukan sekadar jejak digital di dunia maya.
Kita adalah jiwa-jiwa yang terhubung oleh rasa,
Oleh kata, oleh cerita, oleh rindu yang tak terucap.

Ada tawa yang tak terdengar,
Ada peluk yang tak terlihat,
Namun hati kita tahu---
Ikatan ini nyata, lebih dari sekadar layar dan sinyal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun