Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencari Kambing Hitam Mengapa Murid Nakal

13 Mei 2025   18:25 Diperbarui: 13 Mei 2025   20:09 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Mari Kita Bahas Dengan Hati Yang Terbuka

Belakangan ini, publik diramaikan oleh wacana pendidikan keras bagi murid-murid yang dianggap nakal, bahkan sampai pada titik mengirim mereka ke barak militer.

 Seperti biasa, pro dan kontra pun bermunculan. Ada yang setuju demi kedisiplinan, ada pula yang menolak karena dianggap melanggar hak anak. Namun, sebelum kita terlalu jauh menilai, mari kita bertanya: Apakah kita benar-benar menyentuh akar persoalan ini?

Anak.anak tidak tumbuh dalam ruang hampa. Mereka adalah cerminan dari rumah tempat mereka dibesarkan. Ketika seorang murid bersikap di luar kendali, ketika kata-katanya kasar, atau tindakannya melukai sesama, kita perlu bertanya lebih dalam: Apa yang sedang terjadi di rumahnya?

Terkadang, anak-anak yang "bermasalah" hanyalah mereka yang haus kasih sayang. Mereka berteriak dalam diam, mencari perhatian lewat cara-cara yang keliru, karena mereka tidak tahu cara yang benar. Di balik kenakalan itu, sering kali tersembunyi luka

Boleh jadi dari orang tua yang sibuk bertengkar, dari ayah atau ibu yang tak lagi saling bicara, atau dari perhatian yang selalu dialihkan ke layar ponsel, bukan ke mata si anak.

Sayangnya, banyak orang tua justru memilih mencari kambing hitam. Sekolah disalahkan, guru diserang, lingkungan dipersalahkan. Padahal, pendidikan pertama dan utama adalah di rumah. Bila fondasi rumah tangga retak, jangan heran bila bangunan masa depan anak ikut goyah.

Mengirim anak ke barak militer mungkin bisa memperbaiki perilaku untuk sementara, tetapi tidak akan pernah menyembuhkan luka di hati mereka. Anak-anak tidak butuh tempat keras, mereka butuh pelukan yang tulus. Mereka tidak butuh bentakan, tetapi butuh teladan yang hidup dari orang tua yang saling menghormati, saling mencintai, dan hadir utuh dalam hidup mereka.

Kasih Sayang: Pondasi Utama Rumah Tangga dan Masa Depan Anak

Rumah tangga yang penuh kasih sayang ibarat ladang subur tempat benih-benih kehidupan ditanam. Di sinilah anak-anak belajar arti cinta, empati, kejujuran, dan keberanian. Jika ladangnya gersang, maka benih pun sulit tumbuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun