Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebahagiaan Tidak Dibangun Berdasarkan Harta Kekayaan

27 April 2025   06:48 Diperbarui: 27 April 2025   06:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Tapi Hadir Dari Hati Yang Tahu Bersyukur 

Ada yang bilang, kebahagiaan itu milik mereka yang tahu bersyukur.
Saya dan istri meyakini hal itu bukan sekadar kata-kata indah, melainkan kunci yang membawa kedamaian sejati dalam hidup kami.

Perjalanan kami dimulai dari mimpi sederhana:
Memiliki rumah sendiri dan tidak lagi hidup berpindah-pindah dengan menyewa.
Punya kendaraan pribadi agar bisa mengantar anak anak sekolah
Mimpi itu kami genggam erat, dan berkat kasih sayang Tuhan, satu per satu impian itu menjadi kenyataan.

Namun, hidup mengajarkan kami bahwa sukses bukanlah garis finish, melainkan perjalanan panjang penuh liku.
Setelah rumah dan kendaraan kami miliki, lahir mimpi baru: memberikan kesempatan bagi ketiga anak kami untuk mengejar pendidikan di luar negeri.
Puji Tuhan, mimpi itu juga terwujud.

Putra pertama kami belajar di California State University, putra kedua di Sacramento, dan putri kami di Michigan.
Saya masih ingat betul, saat putra sulung kami diwisuda sebagai Master of Science di bidang komputer, di usia 21 tahun.
Kami datang langsung ke Amerika Serikat, tinggal satu bulan di sana, menikmati momen penuh syukur itu.

Tetapi hidup, seperti musim, tidak selalu bersinar.
Ketika dua anak lainnya mulai melanjutkan studi mereka, badai datang menerpa.
Perusahaan kami mengalami keruntuhan, ditipu oleh mitra bisnis yang kami percayai.
Tiga tahun kami berjuang dalam kejatuhan, menata ulang harapan yang sempat berserakan.

Namun, satu hal yang kami pelajari:
Jangan pernah menyerah ketika badai datang  tetaplah bersyukur atas nafas yang masih Tuhan anugerahkan.

Perlahan, usaha kami bangkit kembali.
Dan impian lama yang kami simpan rapat kembali kami kejar: menjelajah lima benua.
Syukur tak terhingga, kami diberi kesempatan menginjakkan kaki di banyak negeri, menghirup udara baru, mengagumi keindahan dunia yang Tuhan ciptakan.

Lebih dari itu, kami akhirnya menikmati dua kebebasan yang banyak orang impikan:
Financial freedom dan time freedom --- kebebasan finansial dan kebebasan waktu.
Namun kami sadar, semua ini bukan berarti hidup bebas dari masalah.

Saya pernah menulis, ada tiga jenis manusia tanpa masalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun