Mudik Sewa Mobil Baru
Berutang Demi Gengsi Pulang ke Kampung: Sebuah Kebanggaan Semu yang Berujung Nestapa
Sebagai orang yang lahir dan besar di Padang, saya memahami betul bagaimana kuatnya budaya merantau yang telah mendarah daging di kalangan masyarakat di Sumatera Barat
Sejak dulu, merantau bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga sebuah simbol keberhasilan. Ada sebuah ungkapan yang sudah menjadi keyakinan banyak orang: "Kalau belum sukses, lebih baik jangan pulang ke kampung."
Ungkapan ini terdengar sederhana, tetapi dampaknya luar biasa besar bagi para perantau. Tekanan sosial yang tak kasat mata sering kali membuat banyak orang rela melakukan apa saja demi menjaga gengsi, termasuk berutang.
Saya dan istri pun pernah merasakan hal ini secara pribadi, bagaimana perasaan tidak nyaman saat pulang ke kampung jika kita tidak membawa "simbol kesuksesan".
Tekanan Sosial yang Tak Terlihat, tapi Nyata
Seorang perantau yang pulang kampung sering kali dihadapkan pada ekspektasi yang tinggi dari keluarga, sanak saudara, dan masyarakat sekitar.
Saat tiba, orang-orang akan menilai dari segala sisi: kendaraan yang dipakai, pakaian yang dikenakan, oleh-oleh yang dibawa, hingga bagaimana gaya berbicara.
Tidak jarang, ada orang-orang yang tanpa sadar melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan, seperti: