Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memaknai Arti Puasa

15 Maret 2025   06:38 Diperbarui: 15 Maret 2025   06:51 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 


Makna Sejati Puasa: Lebih dari Sekadar Menahan Lapar dan Haus

Puasa sering kali dipahami sebagai menahan lapar dan haus dalam jangka waktu tertentu. Namun, jika hanya sebatas itu, kita bisa kehilangan makna terdalamnya. 

Dalam ajaran Katolik, puasa bukan hanya tentang mengendalikan diri terhadap makanan, tetapi juga sebuah latihan rohani yang membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, memperkuat iman, mengajak kita bertobat, serta menumbuhkan kepedulian terhadap sesama.

Lebih dari sekadar pengorbanan fisik, puasa adalah momen mawas diri. Kita diajak untuk menahan bukan hanya keinginan jasmani, tetapi juga dorongan hati dan pikiran yang bisa melukai orang lain, baik dalam tindakan maupun perkataan.

Menahan Diri dari Perkataan yang Melukai

Lidah sering kali lebih tajam daripada pisau. Kata-kata yang terucap tanpa kita sadari bisa meninggalkan luka yang dalam di hati orang lain. Puasa mengajarkan kita untuk lebih berhati-hati dalam berbicara, memilih kata-kata yang membawa kedamaian daripada yang menyakiti.

Menghindari Sikap Pamer

Tanpa disadari, ada kalanya kita ingin memperlihatkan betapa saleh atau baiknya diri kita kepada orang lain. Kita tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain

Puasa yang sejati bukan tentang mencari pengakuan atau pujian, melainkan tentang memperbaiki diri di hadapan Tuhan. Bila kita berpuasa demi dipandang baik oleh orang lain, maka nilai puasa itu sendiri akan hilang. Kesalehan sejati lahir dari kerendahan hati, bukan dari kebanggaan yang kosong.

Belajar Berbicara dengan Ketulusan

Kata-kata yang tulus membawa kedamaian, sementara kepura-puraan hanya memperkeruh keadaan. Selama berpuasa, kita diajak untuk berkata dengan jujur dan tulus, tanpa kebohongan atau manipulasi. Ketulusan ini bukan hanya mendekatkan kita kepada Tuhan, tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih harmonis dengan sesama. Speak from your heart

Puasa sebagai Sarana Refleksi dan Pertobatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun