Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nostalgia ke Rumah Derita

16 Februari 2025   05:08 Diperbarui: 16 Februari 2025   05:41 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan foto: disinilah kami pernah hidup dalam kepahitan hidup selama bertahun tahun/ dokumentasi pribadi 

Sungguh Merupakan Therapy Jiwa Untuk Merawat Rasa Syukur 

Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang unik, penuh dengan lika-liku, suka, dan duka. Ada masa-masa ketika hidup terasa berat, penuh perjuangan, dan tak jarang disertai penderitaan. Kepahitan hidup yang dilalui selama bertahun tahun bersama anak isteri 

Namun, ketika kita berhasil melewati semua itu dan mencapai kehidupan yang lebih baik, sering kali kita lupa akan asal-usul kita.

Mengunjungi rumah kenangan, tempat di mana kita pernah hidup dalam kesulitan, bisa menjadi pengalaman yang mendalam. Bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang membawa kita kembali pada masa-masa penuh perjuangan. Ini adalah cara untuk merawat rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkah yang kini kita miliki, sekaligus mengingatkan kita untuk tetap rendah hati.

Kedai yang dulu merangkap menjadi tempat tinggal kami berdua dengan Putra pertama kami, kini sudah direnovasi. Kalau dulu dinding terdiri dari papan lapuk dan lantai kumuh serta atap ysng bocor sana sini. Kebetulan yang menempati kini adalah keponakan kami, sehingga kami dapat dengan leluasa berkunjung.

Keterangan foto: bekas rumah derita yang sudah direnovasi) dokumentasi pribadi 
Keterangan foto: bekas rumah derita yang sudah direnovasi) dokumentasi pribadi 

Menghidupkan Kembali Kenangan

Saat melangkahkan kaki kembali ke rumah lama, kenangan pun mengalir deras. Dinding-dinding yang dulu menjadi saksi bisu perjuangan, lantai yang mungkin pernah basah oleh air mata, dan sudut-sudut rumah yang menyimpan berbagai cerita. Semua itu membangkitkan memori tentang betapa beratnya kehidupan di masa lalu.

Mungkin dulu, atap rumah bocor saat hujan turun, dapur kosong karena tak ada cukup makanan, atau malam-malam panjang yang dihabiskan dalam doa dan harapan. Namun, di balik semua penderitaan itu, ada semangat yang tak pernah padam, ada keyakinan bahwa kehidupan akan membaik suatu hari nanti

Kini, melihat kembali tempat itu dengan mata yang berbeda, kita disadarkan bahwa kita telah melewati begitu banyak rintangan. Rumah yang dulu terasa sempit dan pengap, kini menjadi tempat yang mengajarkan arti ketabahan. Hal ini membuat kita semakin menghargai setiap pencapaian yang telah diraih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun