Setiap orang tentu saja dapat dengan bebas memaknai arti dan makna "Pulang Kampuang". Secara umum, pulang kampung adalah kesempatan untuk dapat kembali ke tanah tempat di mana diri kita dilahirkan dan dibesarkan. Setidaknya begitulah kami berdua memaknainya.
Usai Acara Syukuran Diamond Wedding Anniversary kami di Jakarta, baik bersama sanak saudara dan teman teman sekolah tempo dulu, maupun pertemuan akbar dengan sesama Penulis di Kompasiana, kami berdua memutuskan untuk Pulang Kampuang. Bukan hanya sebatas kami berdua, tetapi sekaligus bersama Margaretha adik kami yang sudah lebih dari setengah abad menetap di Padova Italy bersama suaminya Sandro. Juga adik kami Maria yang dulu profesi sebagai bidan lulusan Sint Carolus, bersama sama Pulang Kampuang dengan menumpang pesawat Super Airjet
Setelah sekian lama merantau ke negeri orang, akhirnya saya dan istri mendapatkan kesempatan untuk kembali ke kampung halaman di Padang, untuk merayakan Diamond Wedding Anniversary kami bersama semua sanak saudara dan teman teman di PadangÂ
Sebuah perjalanan yang bukan sekadar pulang secara fisik, tetapi juga pulang secara emosional, menyusuri kembali jejak-jejak kenangan yang telah lama tertinggal. Ada rasa haru, bahagia, dan sedikit kesedihan yang bercampur menjadi satu.
Perjalanan Pulang yang Penuh Makna
Saat kaki kami melangkah keluar dari pesawat yang mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, hawa khas kampung halaman langsung menyapa. Udara yang sedikit lebih lembap, aroma laut yang samar-samar terasa, dan bahasa Minang yang kembali terdengar di telinga membuat dada terasa hangat.Â
Saya dan istri saling berpandangan, tersenyum, seakan berkata, "kita benar-benar sudah pulang."
Setiap langkah yang kami ambil dari bandara menuju rumah keluarga terasa seperti lembaran kisah yang perlahan-lahan terbuka kembali. Jalan-jalan yang dulu kami lewati, bangunan-bangunan yang masih berdiri kokoh maupun yang telah berubah, semuanya membawa kami kembali ke masa lalu.Â