Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kegagalan Bukanlah Akhir Segala galanya

25 Agustus 2024   04:31 Diperbarui: 25 Agustus 2024   06:30 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ubah Kegagalan Menjadi Kesuksesan

Dalam perjalanan hidup ini betapapun hebat seseorang, mustahil tak pernah gagal dalam hidup nya. Kegagalan bisa saja terjadi dibidang apapun.. Karena itu dalam mengarungi kehidupan, kegagalan demi kegagalan adalah proses pembelajaran diri. Jangan sampai lupa pesan berharga:" Hidup adalah proses pembelajaran seumur hidup" atau dalam kalimat lain:" Belajar sejak dari buaian hingga ke liang lahat "

Kalau boleh dianalogikan, bagaikan seorang anak balita belajar berjalan. Jatuh bangun hingga puluhan kali. Hingga akhirnya mampu berjalan sendiri. 

Seandainya, begitu terjatuh, saking sayang anak, maka terus digendong kemana saja. Akibatnya anak tidak akan pernah mampu berjalan sendiri.

Hal ini berlaku juga dalam ruang kehidupan lainnya. Saking sayang pada anak secara overdosis, begitu anak mengalami kegagalan, terus tidak diijinkan lagi untuk berusaha. Akibatnya anak tidak pernah mampu hidup mandiri 

Gagal Mengubah Nasib 

Salah satu kegagalan adalah gagal dalam upaya mengubah nasib. Kata kunci dasar adalah mengubah cara berpikir. Seperti kata pribahasa,:" Change your mind and your life will be changed"

Dengan mengubah cara berpikir, maka sikap mental,maka prilaku akan berubah.

  • Bangunlah rasa percaya diri 
  • Berani bermimpi besar
    berani keluar dari zona aman
    berani mengambil resiko
    kerja keras dengan otot dan otak
    mau belajar dari siapapun

Change your mind and your life will be changed

Campakkan jauh jauh pikiran yang selama ini memenjarakan pikiran, hati bahkan mungkin juga memenjarakan jiwa kita,yakni membiarkan sesat berpikir: "Memang begini nasib saya, mau apa lagi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun