Hal Yang Tidak Mungkin Dapat Terulang Kembali
Semasa kami masih tinggal di Padang, setiap Hari Raya Idul Fitri, pada hari Raya pertama kami menjadi tuan rumah menunggu kunjungan tetangga dan anak sekampung. Kedengarannya agak aneh mengingat kami berdua adalah non Muslim . Tapi karena sudah pernah saja jelaskan,maka tak elok kalau saya ulangi lagi. Karena akan menimbulkan kesan "mau pamer kebaikan " Hari selanjutnya ,kami manfaatkan untuk berkunjung ke tetangga dan sanak keluarga an sahabat yang beragama Islam . Â Kami tidak pernah sowan ke rumah pejabat. Paling pesan Parcel dan titip kartu nama,biar yang menjual Parcel yang mengantarkan.
Kami justru memanfaatkan kesempatan untuk mengunjungi para pelanggan Kulit Manis ,kopi dan gambir ke kampung kampung. Bukan hanya sebatas berkunjung,salaman dan pulang,tapi kami memutuskan untuk menginap dirumah para petani dan pedagang pengumpul selama beberapa hari.Â
Sambutan dari para pelanggan kami,sungguh sangat mengharukan. Sewaktu kami tiba,seisi kampung keluar menunggu kedatangan kami. Serasa pejabat berkunjung ke desa desa,begitulah kami diperlakukan. Walaupun tidur beralaskan  lapik (tikar ) ,kami sama sekali tidak canggung,karena sebelum menjadi pengusaha,kami sudah pernah hidup selama tujuh tahun  dan tidur beralaskan tikar
Makan Sehari  5 - 6 Kali
Orang di kampung merasa bahwa kedatangan kami, merupakan pernghargaan bagi mereka. Karena itu,kami ditarik sana sini untuk diajak makan. Karena sudah 4 kali makan,maka saya minta maaf. Tapi ternyata "Tiada maaf bagimu" .Wajah pemilik rumah yang saya tolak,langsung sedih dan berkata :"Dek karano rumah awak gubuak, apak jo ibuk indak amuah singgah yo"Â
Aduh mak, kalimat yang sangat mendalam :" Mentang mentang rumah kami gubuk ,bapak dan ibu tidak mau singgah ya"Maka agar jangan sampai membuat mereka sedih dan merasa di kecilkan,karena rumah tetangganya kami singgah,maka saya bilang sama isteri dan anak anak,agar kita penuhi permintaannya. Makan sebisanya saja. Â
Kami berkunjung ke Batusangkar. Simabu dan Payakumbuh,kampung halaman ayah saya. Â Saking kekenyangan dan letah dihela sana sini,maka malam harinya,walaupun tidur beralaskan tikar pandan dan berbantalkan jaket masing masing,kami tidur pulas. Â
Mandi di Pincuran