Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Kartini yang Menggetarkan Jiwa

20 April 2023   20:43 Diperbarui: 20 April 2023   20:49 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock.com

Sekaligus Merupakan Pencerahan Diri  Bagi Kita Semuanya

Walaupun hari Kartini ,secara khusus dirayakan oleh kaum wanita Indonesia,tetapi sesungguhnya semangat hidup yang dituangkan dalam surat surat, sungguh merupakan pencerahan bagi kita semuanya. Bukan semata mata untuk kaum wanita,tetapi bagi kita yang merasa dirinya adalah orang Indonesia.

Walaupun ada pro dan kontra,mengapa harus Kartini? Mengapa bukan Cut Nyak Dhien,biarlah menjadi urusan orang lain,kita tidak perlu membahasnya,karena sudah terlalu banyak perpecahan yang terjadi lantaran ,memperdebatkan mengapa Kartini? Mengapa bukan yang lainnya ? Apakah karena Kartini adalah orang Jawa dan seterusnya dan seterusnya.

Saya adalah orang Padang ,yang lahir di era Dai Niipon di  kota Padang tercinta, jadi tulisan ini,semata mata adalah pendapat pribadi,betapa salah satu isi surat Kartini,sungguh menghujam kelubuk hati terdalam .

Isi Surat Tak Boleh Dipenggal Penggal 

Isi surat yang dipenggal penggal,berpotensi menghadirkan keraguan dan multi tafsir,yang semakin menjauhkan orang dari apa yang dimakudkan oleh Raden Ajeng Kartini melalui suratnya. Karena itu, izjikanlah saya mengutip secara utuh .Sudah tak terhitung kalinya saya mengulangi membacanya.

Bukan hanya dengan mata, tetapi dengan hati yang terbuka lebar lebar,agar dapat menyerap inspirasi dan rasa hati yang ingin disampaikan oleh Raden Ajeng Kartini.

Surat Kartini Tanpa Editing

“Ya Tuhan, kadang-kadang saya berharap, alangkah baiknya, jika tidak pernah ada agama. Sebab, agama yang seharusnya justru mempersatukan semua manusia, sejak berabad-abad menjadi pangkal perselisihan dan perpecahan, pangkal pertumpahan darah yang sangat ngeri. Orang-orang seibu-sebapa ancam-mengancam berhadap-hadapan, karena berlainan cara mengabdi kepada Tuhan yang Esa dan yang sama.
Orang-orang yang berkasih-kasihan dengan cinta yang amat mesra, dengan sedihnya bercerai-berai. Perbedaan gereja, tempat menyeru kepada Tuhan yang sama, juga membuat dinding pembatas bagi dua hati yang berkasih-kasihan.
Betulkah agama itu berkah bagi umat manusia? Agama yang harus menjauhkan kita dari berbuat dosa, justru berapa banyaknya dosa yang diperbuat atas nama agama itu!
 (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902 (dikutip dari blog forum lintas batas)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun