Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Memaknai Hukum Tabur Tuai (Bagian Keempat)

15 Mei 2023   19:27 Diperbarui: 15 Mei 2023   19:56 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto bersama keluarga besar /dokumentasi pribadi

Agar Anak Anak Paham Arti Hidup Damai Dalam Keberagaman

Tempo doeloe ,di kota Padang, masyarakat hidup terkotak kotak. Ada Kampung Tionghoa yang lokasinya seputar Pondok, Belakang Pondok  dan Kelenteng dan Pasar Tanah Kongsi.

Ada kampung keling ,Kampung Nias dan Kampung Jawa. Suasana semacam ini tentunya bukanlah hal yang baik,malahan berpotensi menciptakan gap gap antara suku suku yang disebutkan diatas. Anak anak keturunan Tionghoa hanya merasa aman bila berada di lingkungan Pondok dan sekitarnya .Dan akan keluar batas,bilamana tidak ada keperluan mendesak. Didaerah Kampung Jawa, pada waktu itu,tidak ada satupun toko ataupun warung milik orang Tionghoa.

Pembauran diawali dengan di Pasar Tanah Kongsi,dimana para pedagang dari berbagai suku duduk berdampingan dalam  melakukan transaksi jual beli.

Dikedai,merangkap tempat tinggal kami, emak emak tukang sayur ,yang seratus persen adalah orang Minang .kami izinkan untuk masuk kedalam kedai kami,untuk keperluan mengambil air minum ataupun mau ke toilet,tanpa memungut bayaran dalam bentuk apapun. Karena itu hubungan kami dengan para pedagang dan emak emak penjual sayur ,sudah seperti keluarga.Bahkan hingga tahun lalu kami berkunjung ke Pasar Tanah Kongsi,anak anak mereka masih ingat kami.

Pindah ke Wisma Indah 

Setelah nasib kami berubah total,maka saya dan isteri sepakat untuk membangun rumah di Komplek Perumahan Wisma Indah I . Kami termasuk yang paling awal tinggal di sana. Ternyata kehadiran kami disambut dengan hati yang terbuka, Bahkan pak Safri Saun dan pak Lurah ,menjadi sahabat kami. Malahan pada waktu itu pak Syahrul Ujud SH sebagai Wali Kota Padang,meminta saya untuk menjadi penyambut tamu,sewaktu mengadakan acara selamatan di rumahnya,yang berada di Komplek yang sama dengan rumah kami.

Karena tinggal dalam lingkungan "pribumi" maka anak anak kami sejak masih kecil sudah terbiasa bergaul dengan siapa saja.Setiap bulan puasa,rumah kami terpilih sebagai tempat babuko basamo,padahal kami non Muslim

Hal ini telah menanamkan dalam hati anak anak kami,bahwa hidup damai dalam keberagaman ,sama sekali tidak ada masalah. Pengalaman hidup sejak dari kecil ini, terpateri hingga mereka menjadi dewasa dan berkeluarga .Ketika anak anak kami bergaul dengan segala suku bangsa dan tidak pernah ada masalah.Bahkan kelak ,adik adik dan keponakan menikah dengan orang Islam dan salah satunya adalah cucu kami Giovano  yang menikah dengan Gulce Bakri ,gadis asal Turkey yang beragama Islam.

Kami bersyukur, hingga kini ketiga anak anak kami ,mampu hidup damai dalam keberagaman suku dan budaya . Anak anak tidak cukup hanya mendengarkan petuah begini dan begitu,tapi mereka mengaplikasikan hidup damai dalam keberagaman dengan setulus hati

Tjiptadinata Effendi

.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun