Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persahabatan Itu Ibarat Porselein

11 Januari 2023   20:15 Diperbarui: 12 Januari 2023   04:46 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: gettyimage.com

Sekali Retak,Walaupun Dapat Direkat Kembali Tapi Nilainya Sudah Jatuh

Rasanya semua orang sudah pernah melihat porselein. Bahkan mungkin ada yang memilikinya, dengan membayar harga yang mahal. Karena harganya mahal, maka kita menjaga sangat hati hati,agar jangan sampai tersenggol dan jatuh. Karena setinggi apapun nilai dari sebuah porselein, bila sudah retak,maka tidak berharga lagi. 

Walaupun boleh jadi, masih bisa dipoles dan direkat kembali, tapi nilainya sudah jatuh,karena bekas retak tidak mungkin hilang .Hanya bisa dipoles agar tidak kentara bahwa porselein sudah retak.

Kilas Balik Dalam Hubungan Persahabatan dan Kekeluargaan

Analogi tentang Porselein diatas,walaupun mungkin tidak seratus persen tepat,tetapi secara garis besarnya dapat dijadikan refleksi dalam kehidupan nyata, khususnya dalam hubungan persahabatan dan kekeluargaan. 

Merawat hubungan persahabatan dan kekeluargaan, butuh waktu sepanjang hayat kita. Tapi satu kalimat yang keliru diucapkan, dapat dengan seketika menyebabkan hubungan persahabatan dan kekeluargaan menjadi retak, bahkan terputus .

Sebuah Contoh Nyata

Salah seorang sahabat lama,yang dulunya sering datang kerumah kami di Padang dan bahkan sudah kami anggap sebagai anggota keluarga. Tapi kemudian kami pindah ke Jakarta dan sahabat kami ,sebut saja namanya  Bram juga sempat tinggal diluar negeri beberapa tahun dan baru dua tahun kembali ke tanah air.. Nah,dapat nomer telpon sahabat baik semasa masih muda, tentu saja sangat senang . 

Tidak pake tunggu besok, langsung saya telpon dengan angan melambung,akan mendapatkan sambutan hangat. Tapi jawaban dengan nada datar dan kebanyakan cerita tentang proyek besar yang sedang digarap dan sama sekali tidak menyinggung tentang kapan bisa bertemu. Maka saya yang bertanya:" Oya Bram.kami rencana Agustus ini mau pulang ke Indonesia,kapan ada waktu kita bisa bertemu?"

"Wah,saya sangat sibuk sekali. Nanti saya kabarkan ya ,kapan saya ada waktu " jawab Bram. Semangat saya untuk bisa bertemu sahabat lama,bagaikan bara api disirami hujan lebat.langsung padam dan tidak pernah menyala lagi. Kata orang, Tjiptadinata Effendi itu sudah banyak makan garam kehidupan ,pasti orangnya sabar banget. Tetapi ternyata ,kesabaran saya belum sampai ketingkat kesabaran tingkat dewa. Dan saya jawab singkat :"Oo maaf ya Bram. Saya tidak tahu Bram sangat sibuk .Sorry ya " Dan good bye my love... saya sudah kehilangan seorang sahabat lama. Saat saya buka hati dan menjenguk nama nama sahabat saya,nama Bram sudah tidak ada lagi disana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun