Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips untuk Para Guru Se-Indonesia

9 September 2022   19:38 Diperbarui: 10 September 2022   05:39 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan foto: santap siang bersama mantan murid tahun 1967/dokumentasi pribadi.

 Agar Disayangi Murid Hingga Menua

Seorang guru bukan hanya bertugas untuk mengajarkan ilmu kepada murid muridnya,tapi juga mendidik. Hal ini semua guru pasti sudah paham dan mempratikkannya dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Tetapi kedua hal ini masih belum cukup untuk menanamkan dalam memory anak anak didik kita bahwa dirinya bukan hanya menjadi objek tugas kita, tetapi sebagai orang yang dipanggil Pak guru dan bu guru, juga menyayangi mereka.

Ungkapan guru sebagai orang yang bisa digugu dan ditiru ,memiliki makna yang  amat  dalam. Digugu memiliki arti dipercaya atau dipatuhi ,karena memiliki kharisma sebagai seorang guru. Ditiru berarti layak untuk diikuti dan diteladani. Sudah selayaknya  seorang guru memiliki dua aspek  tersebut dalam dirinya.  Setiap  penyampaian dari guru  diyakini  sebuah kebenaran yang menumbuhkan keyakinan kepada setiap murid yang mendengarnya. Tutur kata dan segala tingkah lakunya,bahkan bahasa tubuhnya, seharusnya  patut menjadi contoh bagi anak didiknya.

Keterangan foto: bersama mantan murid tahun 1988/dokumentasi pribadi 
Keterangan foto: bersama mantan murid tahun 1988/dokumentasi pribadi 

Agar diri kita diingat oleh mantan murid dengan rasa hormat dan kasih sayang,maka ada tiga aspek yang mutlak perlu dijadikan pedoman dalam mengaplikasikan tugas kita sebagai seorang guru,yakni:

mengajar

mendidik

menyayangi

dokumentasi pribadi/foto bersama siswa SMP 
dokumentasi pribadi/foto bersama siswa SMP 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Gaji Kecil Bukanlah Alasan Mengajar Setengah Hati

Berapa gaji guru tahun 68? Hanya cukup untuk hidup dua minggu, yakni 16 ribu rupiah,plus tunjangan in natura sebanyak 9 kilogram beras. Padahal saya mengajar di SD St.Franciscus . Rumah sekolah Katholik yang pada waktu itu gaji guru termasuk yang paling tinggi  Yang berada dibawah naungan Yayasan Prayoga di kota Padang

Saya mengajar naik Sepeda onthel,karena pada waktu itu Kepala Sekolah saja tidak mampu beli Sepeda motor. Apalagi guru biasa.Kemudian saya ditugaskan mengajar di SMP PIUS. Naik kelas dalam mengajar,tapi gaji tidak ikut naik. Kami masih mampu bertahan hidup,karena isteri saya juga mengajar di SMP Kalam Kudus .Tetapi gaji kecil dan tunjangan hanya 9 kilogram beras,bukanlah alasan untuk mengajar setengah hati. 

Kami mengajar dan mendidik anak anak,serta menyayangi mereka . Hal inilah yang terekam dalam memory alam bawah sadar anak anak didik kami. Sehingga perjalanan waktu lebih dari setengah abad dan kami baru saling ketemu lagi,setelah mantan murid murin berusia rata rata 65 tahun keatas,ternyata mereka masih tetap mengingat kami. Bahkan sewaktu kami undang makan bersama.saya tidak diperbolehkan membayar tagihan sekian juta rupiah ,karena sudah dibayar lunas oleh Asrul salah seorang murid saya . Malahan ada angpau yang diberikan kepada saya dan nilai nominalnya fantastis dari salah seorang murid saya,yang kini sudah menjadi Pengusaha sukses . Ia terbang dari Batam untuk dapat hadir dalam pertemuan yang diadakan di Jakarta.

Tanamkan Rasa Kasih Sayang 

Karena itu,bila membaca berita,bahwa ada guru yang memukul murid ,bahkan ada murid yang memukul gurunya,saya sungguh tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi. Selama bertahun tahun mengajar, saya dan isteri tidak pernah memukul murid, Kalau mereka melakukan kesalahan,maka sewaktu istirahat ,saya panggil sendirian dan didalam kelas dan kemudian saya nasihati dan memeluk pundaknya. Mereka bukan melawan,tapi menangis karena merasa menyesal .

Kemarin ,saya dapat pesan WA dari Darwis salah seorang murid saya tahun 1967-68 :"Kapan datang lagi, mohon kabarkan ya pak. Saya mau ajak bapak dan ibu jalan jalan ke Bukitinggi dan menginap di hotel terbaik disana. Semua biaya di Padang dan Bukittinggi,saya yang tanggung jawab"

Mendapatkan perhatian yang dan kasih sayang yang begitu besar,sungguh menghadirkan rasa haru dalam hati kami.Bukan masalah dibayarkan ini dan itu,tapi ungkapan rasa kasih yang mereka nyatakan dalam tindakan nyata.  Puji syukur kepada Tuhan,kami disayangi tidak hanya orang mantan murid murid kami di SD dan di SMP,tapi juga disayangi oleh sanak keluarga dan sahabat di Kompasiana. 

Keindahan hidup itu,bukanlah dinilai dari seberapa banyaknya harta kita atau seberapa banyak titel yang disandang,tapi berapa banyak orang yang menyayangi diri kita, Seperti kata peribahasa: "The most important thing in life is to love and be loved"

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun