Diwaktu Sehat dan Sakit
Resepsi pernikahan hanya berlangsung selama satu hari penuh. Pagi harinya saling mengucapkan janji pernikahan di depan Altar dengan disaksikan oleh yang hadir dalam Misa Pernikahan. Kemudian dilanjutkan dengan resepsi pernikahan di rumah ataupun di hotel sesuai dengan kondisi keuangan dari kedua penganten. .
Tetapi janji pernikahan yang diucapkan berlaku sepanjang hayat. Melafazkan janji pernikahan di depan altar dengan disaksikan ratusan orang yang hadir, sungguh mengharukan banget rasanya:
Saya memilih engkau menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit, dan saya mau mencintai dan menghormati engkau seumur hidup."
Time Will Be the Witness
Janji pernikahan begitu indah dan memesona. Mirip dengan kisah Cinderella: "Mereka jatuh cinta dan menikah. Kemudian hidup berbahagia selama lamanya." Wuih enak banget rasanya. Berjalan dengan kepala tengak dan senyum bahagia.Â
Tetapi ternyata membutuhkan waktu sepanjang hayat untuk membuktikan apakah janji pernikahan ini sungguh sungguh diaplikasikan dalam perjalanan hidup ataukah hanya sebatas basa basi perlengkap formalitas untuk legalisasi pernikahan. Seperti kata peribahsa: "Time will be the witness" Waktu akan menjadi saksi.
Dan kami berdua,bersujud syukur kepada Tuhan, karena telah mampu membuktikan janji pernikahan kami selama lebih dari 57 tahun, dengan segala suka dan duka dan dalam keadaan sehat maupun tergeletak di rumah sakit berbulan bulan,wanita yang mendampingi saya sejak awal pernikahan selalu setia luar dalam. Â
Banyak orang heran menyaksikan gaya hidup kami berdua,kemana mana selalu bersama,mancing bersama,olahraga bersama, bahkan kalau ada undangan yang hanya berlaku untuk satu orang,maka pasti kami tidak akan hadir, siapapun yang mengundangnya.Â
Makan nasi sepiring berdua, bukan karena pamer kasih sayang, tapi memang sejak awal pernikahan hingga sama sama menjadi kakek nenek, makco dan engkongco, kami tetap makan nasi sebungkus berdua. Bahkan minum air juga segelas berduaÂ