Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Nasib Sang Motivator Ulung Tidak Seirama dengan Popularitasnya?

17 Januari 2022   08:57 Diperbarui: 17 Januari 2022   10:07 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Mari Sama sama Kita Bedah Kehidupan

Saya sama sekali tidak memiliki latar belakang Ilmu Bedah Kedokteran ,bahkan tidak dapat menulis istilah kedokterannya secara tepat,walaupun dalam perjalanan hidup,pernah empat kali dibedah oleh dokter specialis bedah. Tapi tulisan ini tak hendak membahas tentang ilmu bedah secara phisik,melainkan membedah organ organ kehidupan ,untuk mencari tahu,mengapa banyak nasib Sang Motivator Ulung yang bukan hanya tidak sesuai dengan apa yang ditampilkan saat berada diatas panggung,bahkan bertolak belakang 

Sosok yang dulunya merupakan sosok Motivator Ulung,yang setiap kali tampil diatas pentas,mendapatkan standing applaus yang luar biasa . Semua orang terkagum kagum ,sehingga setiap patah kata yang keluar dari mulutnya,dijadikan semacam Quote dan dengan rasa bangga dipajang diruang tamu,bahkan diruang mewah berbagai kantor .

Orang Tidak Mampu Berpura Pura Dalam Segala Hal

Mungkin ada orang yang begitu piawai untuk menyembunyikan tentang siapa dirinya sesungguhnya,sehingga yang tertanam dibenak setiap pengaggumnya adalah dirinya yang super dan gegap gempita .Tetapi tidak ada yang mampu menyembunyikan sifat aslinya secara sempurna. Suatu waktu entah karena apa,maka topengnya terbuka dan tampaklah wajah aslinya.

Akibatnya,seluruh :"kata kata mutiara" yang berhasil dijadikan pencitraan diri,yang selama ini tergantung dengan megah diberbagai kantor bergengsi,sejak saat topengnya terbuka,dibuang kedalam tong sampah. Sejak saat itu ,jangankan standing applaus,tepuk tangan yang gegap gempita,melihat wajahnya saja orang jadi muak. Kita tidak perlu menambah lagi hukumannya,dengan menyebutkan nama nama Sang Motivator yang tumbang,tapi alangkah eloknya kita mau membuka hati untuk belajar memetik hikmah dari pengalaman pahit orang lain. Karena hidup itu adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir

Kesalahan Fatal adalah Tidak Jujur Pada Diri Sendiri

Walaupun saya tidak mendapatkan gelar sebagai :"guru kehidupan" tapi saya sudah menerapkan gaya hidup ,sebagai :"Orang Cina Jualan Makanan " Kualinya dipajang didepan dan dari sejak mulai memasak,serta apa saja yang dijadikan bahan masakan,semua orang dapat menyaksikan secara transparan.

Semua orang tahu,bahwa saya adalah anak seorang Kusir Bendi dan pernah menjadi Penjual Kelapa Parut selama bertahun tahun dan tinggal di kedai kumuh,yang bernama Pasar Tanah Kongsi. Sehingga siapapun yang mencoba menelusuri kehidupan masa lalu saya,akan menemukan hal yang sama,seperti yang selalu saya bukakan,Saya tidak gengsi menceritakan,bahwa saya pernah bangkrut ,sehingga isteri saya jadi sopir antar jemput selama hampir dua tahun ,Juga tidak malu menceritakan bahwa demi sebungkus nasi rames,saya berhutang pada Ko San Tung yang jualan nasi di depan bioskop Purnama di Padang.Juga tidak malu menceritakan bahwa demi mengobati anak yang sakit,ikhlas menjual cincin kawin

Hingga usia jelang ke angka 79 ,saya masih terus belajar, sesuai dengan pesan :"Belajarlah sejak dari buaian hingga keliang lahat"

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun