Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Banyak yang Salah Paham tentang Istilah "Pacah Talua"

21 Januari 2022   13:42 Diperbarui: 21 Januari 2022   13:45 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Pacah Talua adalah Ungkapan Keberuntungan 

Bagi yang sering berbelanja pada Pemilik.kedai  yang berasal dari Padang  atau Sumatera Barat pada umumnya,mungkin sudah sering mendengarkan :"Baru pacah talua ko Uda,sambil membuat gerakan menyapu barang dagangannya dengan uang yang dibayar oleh Pembelinya , sambil berucap :"Alhamdulillah barokalah " 

Kata :"Pacah talua" memang kalau di bedah kata per kata,pacah = pecah dan talua adalah telur. 

Tapi dalam hal ini bukan berarti ada telur yang pecah,melainkan ungkapan kegembiraan dan sekaligus rasa syukur,pembeli pertama sudah datang

Mengibas ngibaskan uang dengan gerakan menyapu barang dagangannya,sesungguhnya tidak dalam konteks takhayul,melainkan sebatas tradisi yang sudah terjadi secara turun menurun. 

Maksudnya , semoga barang dagangannya yang lain,akan segera terjual. Bahkan tidak jarang ,penjual akan menjual barangnya dengan harga sebatas "Pulang pokok" atau pulang modal. 

Jadi sekalipun tidak mendapatkan keuntungan,ia akan tetap menjualnya. Karena keyakinan,bahwa kalau "tahan harga"maka kemungkinan barang barang tidak akan terjual lagi.

Tradisi yang merupakan kearifan lokal

Mengaplikasikan ritual yang merupakan tradisi sejak turun temurun secara phsicologis menghadirkan keyakinan dalam diri Penjual bahwa setelah "Pacah talua" maka pintu rejeki sudah mulai terbuka untuk hari tersebut. Keyakinan diri ini menghadirkan keceriaan  pada wajahnyaSecara psychology akan melayani calon pembeli dengan penuh keceriaan ,yang  secara tidak langsung akan berdampak positif, barang dagangnya  menjadi laris

Sehingga dengan demikian hendaknya kita dapat secara arif memaknai tradisi Ini bukan dalam konteks takhyul melainkan merupakan salah satu kearifan lokal 

Tjiptadinata Effendi 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun